JAKARTA – PT Pertamina (Persero) akan melakukan seleksi mitra untuk salah satu program refinery development master plan (RDMP), yakni Kilang Balongan pada Maret 2017. Seleksi terhadap calon mitra Pertamina dilakukan menyusul tidak dilanjutkannya kerja sama dengan Saudi Aramco dalam revitalisasi kilang Balongan.

“Kita masih konsolidasi internal dan Maret tahun ini kita mulai beauty contest. Kita akan lihat kemungkinannya seperti apa,” kata Rachmad Hardadi, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina kepada Dunia Energi.

Menurut Rachmad, proses pemilihan mitra nantinya bisa sebagai pendamping dalam proyek pembangunan atau hanya terbatas pada pendanaan proyek. Untuk proses dan tahapannya akan mengikuti proses pembangunan kilang Tuban yang sejauh ini sukses dipercepat.

“Kita masih konsolidasi kemungkinan cari partner atau project financing lain. Skemanya nanti sama dengan kilang Tuban,” katanya.

Pasca tidak dilanjutkannya kerja sama dengan Saudi Aramco, Pertamina akan mempercepat upaya revitalisasi kilang Balongan, sehingga bisa paralel dengan penyelesaian kilang Balikpapan yang ditargetkan rampung pada 2019. Pasalnya, saat rampung, kilang Balikpapan tidak akan bisa lagi memproduksi campuran nafta yang selama ini dibutuhkan kilang Balongan.

Kilang Balikpapan menjadi pemasok campuran nafta sebesar sekitar 35%-40% dari kebutuhan kilang Balongan. Sementara ketika selesai direvitalisasi, kilang Balongan akan mampu menghasilkan nafta sendiri.

Menurut Rachmad, meskipun belum secara resmi dibuka beauty contest, sudah banyak investor yang menyatakan ketertarikan untuk bisa bergabung menjadi mitra dengan Pertamina, termasuk rekanan baru dari Timur Tengah dan Rusia.

“Peminat sudah banyak, ada Rosneft dari Rusia, Iran, nanti kita lihat,” tukas dia.

Komaidi Notonegoro, pengamat energi dari Reforminer Institute, menyatakan dari aspek teknis dan bisnis Pertamina sebenarnya mampu untuk mengembangkan secara mandiri kilang Balongan, sama seperti yang dilakukan terhadap kilang Balikpapan. Namun yang harus diperhatikan adalah terkait kemampuan finansial. Dengan banyaknya unit bisnis, sudah pasti fokus pendanaan juga terpecah sehingga wajar jika Pertamina kembali mencari mitra.

“Masalahnya ada di aspek finansial. Karena banyak unit bisnis yang juga butuh investasi,” tandas Komaidi.(RI)