JAKARTA – PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi yang akan menjadi perusahaan induk (holding) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor energi, dinilai lebih ideal untuk mengelola PT PLN (Persero). Pasalnya, Pertamina bisa ikut memasok bahan bakar minyak dan panas bumi ke PLN. “Cost-nya akan jadi lebih murah jika PLN jadi anak usaha Pertamina,” ujar Dirgo D Purbo, Analis Ketahanan Energi dari Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) di Jakarta, Jumat  (12/8).

Menurut Dirgo, mekanisme holding lebih tepat dibandingkan mengalihkan PGE ke PLN. Apalagi PGE merupakan perusahaan yang bergerak sebagai pengelola energi panas bumi, sedangkan PLN merupakan perusahaan distribusi dan transmisi listrik. “Seharusnya masing-masing fokus saja dalam dua bidang usaha tersebut,” tukasnya.

Hal senada diungkapkan Hari Poernomo, Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Gerindra. Menurut dia, lebih ideal kalau pemerintah membentuk holding BUMN energi.Di dalamnya, tidak hanya Pertamina dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS). “Idealnya Pertamina, PGN, dan PLN sekaligus di dalamnya juga ada SKK Migas yang khusus untuk urusan kontraktor migas asing,” kata dia.

Hari mengungkapkan tidak masalah kalau PGE akan disatukan dengan PLN sebagai pembeli tunggal uap panas bumi. Namun penyatuan tersebut menunjukkan tidak adanya kesatuan visi dan misi antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian BUMN dalam mewujudkan kecukupan energi listrik murah dan ramah lingkungan.”Kalau kedua menteri tersebut bisa bersinergi dengan lebih baik, tentu tidak perlu penyatuan tersebut (PGE dan PLN). Seharusnya Presiden bisa mengatasi kelemahan ini,” tegas Hari.

Rini Soemarno, Menteri BUMN, Jumat, menegaskan PGE  akan tetap dibawah Pertamina, meskipun sebagian sahamnya akan diakuisisi PLN. “Pertamina dan PLN akan memiliki saham yang sama masing-masing 50% di PGE. Jadi PGE tetap bagian dari Pertamina,” kata Rini.

Kementerian BUMN saat ini telah menunjuk Danareksa sebagai konsultan untuk melakukan kajian masuknya penyertaan modal PLN ke PGE.

Rini mengungkapkan percepatan pengembangan panas bumi menjadi salah satu alasan dari rencana masuknya PLN ke PGE. Apalagi, baik Pertamina maupun PLN mempunyai keunggulan kompetensi di bidangnya masing-masing.“Jangan lupa, PLN juga tidak bisa sendiri karena dalam drilling itu ahlinya Pertamina. Tapi jual listrik bukan ahlinya Pertamina. Karena itu kami tekankan harus dilink dengan PLN,” ungkap dia.

Namun menurut Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API), pengambilalihan PGE oleh PLN berpotensi mematikan pengembangan panas bumi di tanah air. Apalagi selama ini pengembangan panas bumi kerapkali terganjal masalah harga jual listrik oleh PLN, sebagai satu-satunya pembeli listrik dari Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP). “Kita sudah susah payah mengembangkan panas bumi. Kalau benar-benar terealasi, ini akan mematikan itu semua,” tegas Abadi Purnomo, Ketua API.

PGE hingga akhir 2016 menargetkan memiliki kapasitas terpasang listrik dari  Pembangkit Listrik Tenaga Panas (PLTP) sebesar 542 megawatt (MW) dengan masuknya tambahan 105 MW dari tiga pembangkit, yakni PLTP Ulubelu Unit 3 berkapasitas 55 MW, PLTP Lahendong Unit 5 berkapasitas 20 MW, dan PLTP Karaha Unit 1 berkapasitas 30 MW. Salah satu di antaranya, PLTP Ulubelu Unit 3 sudah beroperasi sejak 15 Juli 2016.

Tafif Azimudin, Sekretaris Perusahaan PGE, mengatakan saat ini PGE mengerjakan lima proyek panas bumi sekaligus, tiga di antaranya beroperasi tahun ini. Sisanya, akan beroperasi pada 2017.”Baru PGE satu-satunya perusahaan di Indonesia, bahkan di dunia yang mengerjakan lima proyek panas bumi sekaligus. Kami  memang diinstruksikan untuk seprogresif mungkin me gembangkan panas bumi oleh Pertamina,” ungkap dia.

Menurut Tafif, PGE mendapat dukungan penuh dari induk usahanya, Perrtamina dalam mengembangkan sektor panas bumi. Apalagi dengan infrastruktur dan kompentensi Pertamina di upstream, operasional PGE sangat terbantu.”Rig kami tinggal minta ke PDSI (PT Pertamina Drilling Service Indonesia). kami juga dapat dukungan dari PT Elnusa Tbk,” katanya.(RA/RI)