JAKARTA- PT Mitra Investindo Tbk (MITI), emiten yang awalnya bisnis batu granit dan kini masuk ke bisnis minyak dan gas bumi, mampu menurunkan tingkat kerugian sepanjang 2016 dibandingkan tahun sebelumnya kendati penjualan turun. Pada 2016, Mitra Investindo mencatatkan rugi Rp 23,6 miliar, turun signifikan dibandingkan kerugian 2015 sebesar Rp 162, 6 miliar ditopang berkurangnya aset minyak dan gas sebesar Rp 144,97 miliar.

Penurunan kerugian pada 2016 ditopang oleh beban pokok penjualan (COGS) perseroan yang turun drastis dari Rp 62,9 miliar pada 2015 menjadi Rp 24,2 miliar. Padahal, penjualan perseroan pada 2016 tidak terlalu besar, yaitu hanya Rp 23,8 miliar dibandingkan 2015 yang mencapai 31,37 miliar.

Masih belum moncernya kinerja Mitra Investindo karena perusahaan belum lama mengalihkan fokus bisnis ke sektor migas. Perseroan mengakuisis Benakat Oil dari PT Benakat Integra Tbk (BIPI). Awalnya, perseroan akan melakukan penambahan modal melalui penerbitan saham baru (right issue) tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Namun, rencana itu batal karena tambahan modal kebutuhan dana untuk akuisisi saham PT Benakat Oil mengandalkan seluruhnya dari dana internal. Besaran akuisisi saham Benakat Oil juga turun dari 80% menjadi 23,4%.

Mitra Investindo merupakan emiten tambang granit yang kemudian mengalihkan segmen usahanya ke sektor minyak dan gas setelah menjadi anak usaha Interra Resources Limited. Pada 2015, telah melepas aset tambang granit di Bintan, Kepulauan Riau dan mendapatkan dana sebesar Rp39 miliar.

Mitra Investindo telah menambah portofolio aset migas dengan membeli sepertiga dari total modal saham Mentari Garung Energy Ltd, pemegang hak konsesi PSC Garung di Kalimantan yang saat ini dalam tahap eksplorasi. Perseroan sebelumnya masuk ke bisnis migas dengan menguasai Lapangan Minyak Linda Sele di Papua.(DR)