JAKARTA- Potensi logam tanah jarang (LTJ/rare earth element-REE) di Indonesia dianggap belum terinventarisasi secara akurat. Hal ini akibat belum ditetapkannya sasaran penyelidikan yang sistematis dan tuntas.

“Di samping itu, ada keterbatasan sumber daya yang ada di Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi,” ungkap Rudi Suhendar, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), kepada Dunia Energi di Jakarta, Senin (29/1).

Menurut Rudi, selama ini penyelidikan masih acak dengan sasaran utama indikasi atau daerah prospek atas dasar indikasi awal. Akibatnya, potensi logam tanah jarang hanya dapat ditafsirkan secara hipotetis dengan menggunakan data terbatas yang ada. Instansi yang memperkirakan potensi logam tanah jarang selama ini di luar PSDMBP di antaranya Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dan PT Timah Tbk.

Rudi menambahkan, pendekatan yang dilakukan dalam perkiraan potensi bervariasi, sehingga total sumber daya yang didapat pun berbeda. Standar pedoman eksplorasi logam tanah jarang secara nasional juga belum tersedia sebagai acuan walaupun untuk internal PSDMBP draft usulan sudah disiapkan sejak maraknya pelaku usaha berburu logam tersebut.

Kegunaan logam tanah jarang sangat beragam, mulai dari kebutuhan industri keramik, pupuk, bahan bakar, baterai, elektronik, komputer, komunikasi, otomotif hingga teknologi nuklir. Logam tanah jarang sangat berperan dalam program pengurangan ketergantungan energi fosil bagi alat transportasi karena merupakan bahan penting dalam pengembangan mobil hybrid.

Rudi mengatakan, PSDMBP Badan Geologi sebagai unit yang memiliki tupoksi penyelidikan dan pelayanan informasi sumber daya mineral hingga  2016 telah mencoba memperkirakan sumber daya hipotetis logam tanah jarang pada berbagai jenis endapan, termasuk juga tailing (sisa buangan timah) atas dasar data hasil penyelidikan tahap prospeksi.

“Kami menyadari untuk mempersiapkan industri LTJ memerlukan kepastian sumber daya yang ada. Namun, perlu juga didukung sumber daya dan fasilitas eksplorasi yang memadai,” kata Rudi.(RA)