JAKARTA –  Metode Enhance Oil Recovery (EOR) dinilai tidak cocok diterapkan untuk meningkatkan produksi minyak dan gas nasional.

Ego Syahrial, Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),  mengungkapkan metode EOR tidak cocok diterapkan karena kompleksitas lapangan di tanah air.

“Kalau kita bicara teknologi peningkatan produksi migas, di Indonesa yang paling tepat, kalau melihat kompleksitas geologi itu bukan EOR sebenarnya,” kata Ego di Jakarta, Rabu (27/9).

Menurut dia,  metode yang lebih cocok adalah infill drilling atau dengan memperbanyak titik serap. Apalagi sekarang banyak kontraktor yang mengajukan proposal peningkatan produksi dengan EOR, namun sulit untuk dijalankan dengan jumlah cadangan yang tidak begitu besar. Apalagi metode EOR memerlukan dana yang tidak sedikit.

“Seluruh proposal EOR di Indonesia itu adalah proposal yang remaining reservenya (cadangan) dibawah 30 juta-40 juta barel, sangat tidak ekonomis dengan harga minyak apalagi kondisi seperti sekarang,” ungkap Ego.

Data Kementerian ESDM menyebutkan Indonesia masih memiliki peluang besar untuk meningkatkan produksi maupun cadangan migas karena masih terdapat 128 cekungan yang belum dieksplorasi dengan masif. Peluang tersebut bisa dimanfaatkan asal harus tepat penggunaan teknologi dan metodenya.

“Strategi maupun implementasi kita ke depan untuk peningkatan cadangan ya mau tidak mau adalah eksplorasi secara masif. Strategi maupun teknologi itu untuk memperbanyak titik serap di Indonesia,” kata dia. .

Namun demikian kontraktor tidak serta merta menghilangkan EOR dari rencana kerja perusahaan. Metode EOR  tetap harus dilakukan untuk sebagai salah satu upaya peningkatan cadangan dan produksi.

Menurut Ego, selain mendorong titik serap, pemerintah menganjurkan kontraktor jika  ingin melakukan EOR dan setelah dilakukan perhitungan ternyata sesuai dengan keekonomian maka itu bisa dilakukan bukan pada saat produksi mulai decline atau menurun tapi diawal masa produksi.

“Kita minta saat awal-awal ada water injection atau gas injection, tapi concern kami EOR bukan untuk tingkatkan produksi secara signifikan karena sangat tergantung kondisi lapangan,” kata Ego.

Tutuka Ariadji, Katua Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), mengungkapkan pemerintah tidak bisa begitu saja meninggalkan EOR karena sesuai dengan Rancangan Umum Energi Nasional (RUEN) yang sudah ditandatangani presiden, EOR sudah ditetapkan sebagai salah satu cara untuk tingkatkan cadangan serta produksi migas.

Menurut Tutuka, ada beberapa cara untuk melatih sumur sebelum EOR sehingga lebih besar peluangnya untuk bisa mencapai kinerja positif dalam produksi.

“Kajian kami EOR bisa melipatgandakan cadangan nasional. Ini bisa dimulai dengan cara huff and puff melatih untuk melakukan berbagai metode EOR seperti dengan sulfaktan, CO2 dan Steam,” tandas Tutuka. (RI)