CILEGON – PT Indonesia Power, anak usaha PT PLN (Persero) mengharapkan kepastian pasokan gas bagi salah satu pembangkit yang dioperasikan, Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Cilegon berkapasitas 740 megawatt (MW) di Serang, Banten.

Zuhdi Rakhmanto, General Manager PLTGU Cilegon, mengatakan saat ini PLTGU Cilegon masih menantikan pembahasan terkait pasokan gas. Kepastian pasokan gas dibutuhkan karena kontrak dengan salah satu pemasok, yakni CNOOC SES akan berakhir pada 2018.

“Kita harap tentu akan berlanjut pasokannya, tapi masih belum tahu kepastiannya karena nanti akan dibahas dulu di level lebih tinggi,” kata Zuhdi di Cilegon, Banten, Kamis (6/4).

Kontrak alokasi gas antara CNOOC SES dengan Indonesia Power untuk PLTGU Cilegon akan berakhir pada 5 September 2018 atau bertepatan dengan berakhirnya masa kontrak CNOOC di Blok South East Sumatera (SES) yang sudah diputuskan pemerintah untuk selanjutnya dikelola PT Pertamina (Persero).

Menurut Zuhdi, selama ini alokasi gas didapatkan dari dua kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yakni CNOOC SES dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) dengan harga gas sebesar US$6,7 per MMBTU. CNOOC menjadi kontributor terbesar dengan total pasokan sebesar 80 BBTU per day sementara PGN menyalurkan gas sebesar 30 bbtu per hari.

“Pasokan stabil sampai dengan saat ini. Listrik yang disalurkan mencapai 660 MW,” ungkap dia.
Zuhdi mengatakan peran pembangkit satu-satunya di Cilegon yang berbahan gas di wilayah barat Jawa itu cukup vital karena PLTGU Cilegon merupakan bagian dari sistem transmisi Jawa-Bali. Sebagian besar listrik yang dihasilkan disalurkan kepada pelanggan industri.

“Melalui transmisi 150 KV dan ditujukan untuk sistem listrik jawa bali. Itu dinikmati pelanggan Banten karena disini banyak industri karena itu utamanya untuk penuhi kebutuhan industri,” paparnya.

Muhammad Salman, Head Gas Operation CNOOC SES, mengatakan masa kontrak pasokan gas untuk PLN sesuai dengan kontrak CNOOC di Blok SES. Keberlanjutan alokasi gas untuk PLTGU Cilegon nantinya akan berada di tangan Pertamina sebagai kontraktor Blok SES pasca September 2018.

Menurut dia, kelanjutan kerja sama Indonesia Power dengan Pertamina sebenarnya bisa dilakukan melalui mekanisme seperti yang dilakukan PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ) yang merupakan operator selanjutnya blok ONWJ.

“Mereka yang sudah habis kontraknya di ONWJ, mereka sharing. Mereka dapat surat untuk meneruskan penyaluran. Tapi untuk blok SES kami belum dapat arahan,” tandas Salman.(RI)