JAKARTA – Kurang dari 100 jam lagi atau persisnya mulai Senin, 1 Januari 2018 pukul 00.00 Waktu Indonesia Tengah, PT Pertamina (Persero) melalui cucu usahanya, PT Pertamina Hulu Mahakam (anak usaha PT Pertamina Hulu Indonesia), resmi mengambilalih operator Blok Mahakam dari Total EP Indonesie (TEPI). Dengan beralihnya pengelolaan Blok Migas dari TEPI, perusahaan migas asal Perancis, BUMN di sektor energi terintegrasi itu bisa menasbihkan diri sebagai produsen minyak dan gas bumi terbesar nasional.

Sekadar catatan, hingga kuartal III 2017, PT Pertamina (Persero) memproduksi migas sebanyak 693 ribu barel setara minyak (MBOEPD), naik dari periode sama tahun lalu yang tercatat 646 MBOEPD. Ini terdiri atas produksi minyak 342 ribu barel per hari (BOPD), naik 11 persen dibanginkan periode sama 2016 sebesar 309 BOPD). Sementara itu, produksi gas tumbuh 4 persen dari 1.953 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) menjadi 2.030 MMSCFD hingga akhir September 2017.

Disisi lain, produksi Blok Mahakam, Kalimantan Timur, menurut data PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI), hingga September 2017 tercatat 1.223 MMSCFD gas dan 50.462 bph minyak dan kondensat. Ini semua dengan asumsi penurunan kurang lebih 51%.
PHI memproyeksikan pada tahun depan produksi gas turun menjadi 1.100 MMSCFD. Produksi minyak diestimasi sebesar 48 ribu bph. Target tersebut dicapai melalui 57 sumur pengembangan, 132 sumur work over, 5.500 plus 101 sumur well service dan tujuh proyek FOPD. Dengan melihat proyeksi produksi Blok Mahakam, kontribusi Pertamina untuk ketahanan energi nasional akan sangat signifikan.

Aktivitas produksi dan pengolahan migas Blok Mahakam berjalan seperti biasa. Hal ini tampak misalnya pada kegiatan di Senipah Peciko and South Mahakam (SPS) Site, salah satu fasilitas produksi milik TEPI yang akan dikelola Pertamina yang berada di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. SPS Site adalah fasilitas produksi terintegrasi dan terbesar yang dimiliki TEPI pada lahan seluas 600 hektare yang beberapa hari ke depan akan berganti pengelolaannya ke Pertamina.

SPS Site yang diresmikan Menteri Pertambangan dan Energi Susilo Bambang Yudhoyono (ketika itu) menampung gas dari sejumlah lapangan, antara lain dari Peciko, South Mahakam, dan Ruby yang dikelola Mubadala. Gas dari SPS Site dialirkan kepada tiga pembeli, yaitu ke kilang LNG Badak di Bontang, Kalimantan Timur, PT Pupuk Kaltim, dan untuk pembangkit listrik.

Di luar gas, SPS Site juga memiliki Senipah Terminal. Ini adalah tangki pemurnian minyak dan kondensat. SPS Site memiliki lima tangki berkapasitas masing-masing 500 ribu barel dan satu tangki berkapasitas 100 ribu barel. Untuk menjaga keamanan SPS Site, petugas terkait mengecek semua fasilitas produksi,
terutama pipa gas dan juga tangki minyak.

Aktivitas produksi dan aliran gas serta minyak dari SPS Site juga bisa dilihat dari ruang kontrol (control room) yang berada di SPS Site. Melalui sarana kamera 360 derajat, semua aktivitas di lingkungan SPS Site dapat terpantau. Belum lagi ada petugas keamanan yang dalam dua jam sekali selama 24 jam berkeliling pada seluruh area SPS Site untuk memantau situasi.

Dengan suasana positif dan keberterimaan pekerja eks-TEPI yang bergabung dengan Pertamina, upaya mempertahankan dan kalau mungkin meningkatkan produksi Blok Mahakam bukan sekadar ilusi. Pertamina kini boleh mengklaim diri sebagai pemberi kontribusi terbesar untuk sektor energi di Tanah Air. (DR)