JAKARTA– PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi tengah mencari mitra strategis dan calon investor untuk secara bersama mengembangkan Grass Root Refinery (GRR) Bontang, Kalimantan Timur berkapasitas 300 ribu barel per hari. Kilang pengolahan minyak yang diperkirakan menelan investasi US$ 12 miliar-US$ 15 miliar itu diharapkan beroperasi paling lambat 2023.

Untuk merealisasikan GRR Bontang, Pertamina akan melakukan ekspose proyek pada Selasa (28/2) pekan depan. Pertamina akan menyampaikan rencana awal pengembangan proyek, profil proyek serta konsep awal dari struktur dan model bisnis yang akan diterapkan. Para calon investor yang berminat menjadi mitra bisa mendaftar selambatnya pada Jumat (24/2) melalui surat elektronik dengan alamat grrbontang@pertamina.com.

Peminat harus mengirimkan detail identitas, yakni nama, jabatan, dan alamat email beserta profil perusahaan dalam format pfd. File yang dikirim maksimum berukuran 10MB. Tempat dan waktu akan disampaikan kemudian pada para peserta yang mendaftarkan diri.

Sebagai mitra, Pertamina berharap ada konsorsium yang terdiri atas prusahaan minyak dan gas, trader, lender serta investor internasional dan lokal yang diketuai  perusahaan migas sebagai mitra strategis. Karena kebutuhan investasi sangat besar, tidak akan bisa dihindari datangnya modal asing. Kendati begitu, Pertamina berharap adanya investor lokal yang dapat berpartisipasi dalam konsorsium tersebut.

Pada tahap awal Pertamina merencanakan akan masuk dengan minimal kepemilikan sekitar 5-25% dan selanjutnya mempunyai hak atau pilihan untuk meningkatkan kepemilikan dalam periode yang akan disepakati kemudian. Konsorsium yang terbentuk, diharapkan mampu berperan dalam pengadaan crude atau bahan baku dan menyiapkan pendanaan. Selain itu, mitra juga diharapkan mampu memasarkan produk yang tidak terserap di dalam negeri dengan mengekspornya ke pasar luar negeri seperti Australia, Papua Nugini, Filipina, dan Selandia Baru.
Rachmad Hardadi, Direktur Megaproyek dan Pengolahan Pertamina, mengatakan konsorsium mitra harus mempunyai strong track record di industri refinery, terutama dalam hal pelaksanaan proyek serta operational excellence. Syarat lain tentu harus sesuai dengan model bisnis yang pas dengan Pertamina dan memiliki niat untuk mempercepat dan merampungkan proyek pada 2023, dan tentu saja bisa memberikan nilai tambah (value added) yang menarik bagi GRR Bontang.

“Dari sudut pandang bisnis, kriteria pemilihan partner tentu harus mempunyai pencapaian positif. Tidak harus perusahaan publik, kan mudah melihat pengalaman operasional dan keberhasilannya, ujar Rachmad dalam keterangan tertulisnya.

Pertamina memiliki pengalaman positif dalam bermitra dengan pihak luar. Contoh yang sudah beroperasi adalah kerja sama dengan SK Energy dari Korea Selatan dalam kegiatan kilang yang menghasilkan pelumas katagori Lube Base Grup III (pelumas sintetis) sejak 2007 di kilang RU II Dumai, Riau. Sedangkan yang dalam proses pengembangan adalah tahapan engineering design adalah Kerjasama dengan Rosneft untuk kilang baru Tuban dan dengan Saudi Aramco untuk RDMP Kilang Cilacap.

Pelaksanaan pembangunan kilang baru di Bontang merupakan tindak lanjut dari Keputusan Menteri ESDM No 7935 K/10/MEM/2016 tanggal 9 Desember 2016 yang menugaskan Pertamina untuk membangun dan mengoperasikan kilang minyak di Bontang. Melalui proyek ini, Pertamina diharapkan bisa mendukung program Nawacita Presiden Jokowi, sebagai upaya meningkatkan program kemandirian energi dengan mengurangi impor bahan bakar minyak. (DR)