JAKARTA – Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) Solar bersubsidi hingga 15 Oktober 2018 mencapai 12,014 juta kilo liter (KL), dari kuota yang dijatah dan telah ditetapkan pemerintah melalui Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas) sebesar 14,62 juta KL serta ditambah cadangan sebesar 1 juta KL sesuai ketetapan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (ABPN) 2018.

“Sampai Oktober 12 juta KL, jadi baru 82,18%. Aman itu Solar,” kata M Fanshurullah, Kepala BPH Migas di Jakarta, Selasa (16/10).

Fanshurullah optimistis konsumsi Solar pada tahun ini tidak akan melampaui kuota yang sudah ditetapkan pemerintah. Apalagi konsumsi pada tahun ini juga stabil jika dibanding 2017. Pada tahun lalu realisasi Solar sebesar 14,5 juta KL atau 93% dari kuota yang telah ditetapkan.

“Tahun lalu kuota BBM Solar 15,2 juta KL. Realisasinya 14,5 juta KL,” kata dia.

Atas dasar proyeksi pertumbuhan konsumsi tersebut, PT Pertamina (Persero) diklaim juga optimistis konsumsi solar tidak akan melewati target.

“Pak Mas’ud Khamid (Direktur Pemasaran Retail Pertamina) bilang mereka akan jaga dibawah 14,5 juta KL. Artinya dibawah asumsi APBN kan,yang sekitar 15 juta KL,‎” papar Fanshurullah

Fashurullah pun membatah telah terjadi kelangkaan Solar subsidi di sejumlah daerah. Untuk menjaga agar penyaluran solar subsidi ‎tepat sasaran, BPH Migas telah menggandeng aparat keamanan untuk mengawasi.

“BPH kan sudah buat MoU sama kepolisian. Kami kerja sama sama mereka, sampai polsek-polsek untuk mengawal. Kalau perlu polisi tungguin,” tandas Fanshurullah.(RI)