CICIH, warga Dusun Cikupa, Desa Cikupa—salah satu dari 14 desa di wilayah administratif Kecamatan Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat– tak menutupi rasa senangnya saat rumahnya tersambung jaringan listrik. Perempuan paruh baya itu sudah lama menantikan rumah panggungya mendapatkan penerangan langsung jaringan PLN. Selama bertahun-tahun, warga yang tinggal di dusun yang berjarak sekitar 45 km arah selatan Tasikmalaya itu, menyambung kabel listrik dari tetangga agar bisa menikmati penerangan dari sumber energi listrik.

Hatur nuhun kana bantosana ti Pertamina sareng PLN. Bumi abdi ayeuna aya listrik. (Terima kasih atas bantuan Pertamina dan PLN kepada saya. Rumah saya sekarang sudah mendapat jaringan listrik,” katanya saat berdialog dengan Pelaksana Tugas Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M Soemarno di depan rumah Cicih, di Cikupa pada Kamis (12/7) lalu. Hadir saat peninjauan penerima manfaat dari program sinergi BUMN itu Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basyir.

Cicih tak perlu membayar biaya pemasangan aliran listrik. Maklum, seluruh beban pemasangan instalasi jaringan listrik tersebut disubsidi oleh Pertamina dan PLN. Mereka hanya tinggal membayar token setiap bulan. “Teu sawios upami bayaran bulanan mah, teu patos abot (Nggak apa-apa bayaran bulannya, tidak terlalu memberatkan),” ujarnya.

Cicih adalah salah satu penerima manfaat pemasangan jaringan listrik gratis bagi warga tidak mampu yang menjadi program Kementerian BUMN. Terdapat 34 BUMN yang ikut serta dalam peningkatan elektrifikasi nasional itu. Pertamina salah satu BUMN yang terlibat dalam program ini. Kabupaten Tasikmalaya akan mendapatkan pemasangan 10 ribu listrik gratis bagi masyarakat yang kurang mampu dan belum memiliki aliran sendiri. Sekitar 50% dari pemasangan listrrik gratis itu dilakukan oleh Pertamina.

“Kami memasang instalasi listrik gratis melalui program sinergitas BUMN. Kami jamin seluruh rumah yang kurang mampu dan belum memiliki aliran listrik akan mendapatkannya secara gratis,” ujar Nicke Widyawati.

Imam Apriyanto Putro, Sekretaris Kementerian BUMN, mengatakan program sambungan listrik gratis atau elektrifikasi merupakan bagian dari program BUMN Hadir Untuk Negeri Tahun 2018. Program ini bertujuan meningkatkan jumlah sambungan listrik terutama bagi masyarakat kurang mampu. “Ini termasuk memperluas akses listrik dan pemenuhan kebutuhan dasar listrik bagi masyarakat di berbagai lokasi sehingga dapat meningkatkan produktivitas,” ujarnya kepada Dunia-Energi.

PLTGU Muara Karang menggunakan bahan bakar gas yang dipasok dari Pertamina. (foto: dokumnetasi PLN)

Merujuk pada lampiran surat nomor S-810/MBU/S/08/2018 tertanggal 6 Agustus 2018 perihal Program Elektrifikasi Jawa Barat yang ditandatangani Imam Apriyanto Putro, ada 34 BUMN dalam program bantuan penyambungan jaringan listrik kepada warga tidak mampu. Total bantuan yang diberikan ditargetkan 103.570 Kepala Keluarga (KK). Donasi terbesar diberikan PT Telkom (Persero) Tbk dan Telkomsel sebanyak 30.000 KK dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebanyak 12.000 KK. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebanyak 10.500 KK dan PT BNI (Persero) Tbk sebesar 5.000 KK, keduanya pun di bawah Pertamina yang tercatat berkontribusi terhadap penyambungan listrik gratis untuk masyarakat tidak mampu, dengan menerangi 11.470 rumah di wilayah Jawa Barat dan Banten.

Sumber:  Lampiran Surat Sekretaris Kementerian BUMN, 6 Agustus 2018

Penyambungan listrik gratis yang disubsidi oleh Pertamina dengan anggaran Rp7,5 miliar itu meliputi lima daerah tingkat dua di Jawa Barat. Selain Kabupaten Tasikmalaya, layanan penyambungan listrik secara cuma-cuma itu juga diberikan bagi warga miskin di Kabupaten dan Kota Bogor, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Garut.

Fabby Tumiwa, pengamat listrik, menilai sinergi BUMN untuk mendukung elektrifikasi bagi warga tidak mampu, patut diapresiasi. Apalagi, penerangan listrik bagi keluarga kurang mampu, sangat membantu kehidupan mereka. “Kesetaraan dan keadilan harus menjadi nomor satu, termasuk dalam penyediaan jaringan listrik bagi warga miskin,” ujarnya.

Sofyan Basyir mengakui, selama ini masih ada masyarakat yang belum mampu menyambung listrik. Di sisi lain, sudah ada jaringan listrik di pemukiman tempat warga yang belum mendapat sambungan listrik tersebut. Agar bisa menikmati penerangan dari sumber energi listrik, warga setempat lazimnya menyambung kabel listrik dari tetangga. “Karena itu, program BUMN Hadir Untuk Negeri pada sektor kelistrikan ini sangat membantu percepatan target elektrifikasi nasional,” ujarnya.

Sinergi dengan PLN

Selain donasi dalam pendanaan bagi warga tidak mampu untuk penyambungan jaringan listrik, Pertamina sejatinya telah lama mengimplementasikan sinergi antar-BUMN. Dengan PLN, misalnya Pertamina adalah pemasok utama bahan bakar minyak untuk hampir pembangkit listrik PLN dan perurahaan afiliasinya. Pertamina juga menjadi salah satu pemasok gas terbesar bagi pembangkit PLN dan afiliasi. Demikian pun Pertamina, melalui anak usahanya PT Pertamina Lubricants, ikut bersinergi dengan PLN dalam memasok kebutuhan pelumas pembangkit dengan harga kompetitif.

Paling mutakhir adalah sinergi Pertamina-PLN untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Sambera, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur berkapasitas 2×20 megawatt (MW). Setelah beroperasi mengandalkan BBM sejak sembilan tahun lalu, PLTG Sambera mulai menggunakan gas untuk menghasilkan listrik. PLTG itu mendapatkan pasokan gas melalui penyaluran gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) dengan moda transportasi trucking pertama kali di Indonesia. Metode suplai LNG dengan sistem ini merupakan salah satu terobosan untuk meraih wilayah terpencil yang tidak terjangkau pipa.

“Masuknya LNG akan membuat PLN menghemat biaya energi primer sebesar Rp70 miliar per tahun. Penggunaan LNG juga dapat menurunkan biaya pokok produksi (BPP) pembangkit sebesar 38%,” kata Machnizon Masri, Direktur Bisnis Rgional Sulawesi dan Nusa Tenggara PLN.

Pengoperasian PLTG Sambera menggunakan gas merupakan sinergi BUMN PLN-Pertamina melalui anak usahanya, yakni PT Pertagas Niaga. Sumber gas berasal dari kilang LNG milik PT Badak LNG. Kontrak pembelian LNG memiliki jangka waktu lima tahun dengan skema Build, Operate, Transfer (BOT) dalam penyimpanan dan regasifikasi LNG. Selain itu, Pertagas Niaga juga akan menyediakan fasilitas pengisian skala kecil sehingga dapat dikirimkan dengan moda transportasi trucking ke PLTG Sambera.

Sinergi PLN-Pertamina dalam pembangkitan juga tampak pada sektor panas bumi. Pada pengembangan energi panas bumi, saat ini Pertamina melalui anak usaha PT Pertamina Geothemal Energy (PGE) mengelola 14 Wilayah Kerja Panasbumi (WKP) dengan total kapasitas terpasang sampai dengan akhir tahun 2017 sebesar 617 MW (own operation) dan 1.095 MW (joint operation contract).

Ali Mundakir, Direktur Utama PGE, mengatakan dalam pengembangan energi panas bumi, PGE telah memberikan kontribusi sekitar 36% dari kapasitas terpasang seluruh WKP yang sudah berproduksi di Indonesia yaitu sebesar 1.712 MW. Saat ini, PGE mengembangkan delapan proyek panas bumi dengan total kapasitas sebesar 1.140 MW dan merencanakan pengembangan 410 MW lagi sehingga pada 2025 total kapasitas terpasang akan mencapai 2.137 MW. “Seluruh listrik dan uap panas bumi PGE dijual ke PLN,” ujarnya kepada Dunia-Energi.

Di sisi lain, PLN bersinergi memasok listrik bagi kilang-kilang Pertamina dengan total kapasitas 321 megavolt ampere (MVA). Pasokan listrik sebesar itu diperuntukkan bagi lima kilang Pertamina yaitu Refinery Unit (RU) II Dumai, RU III Plaju-Sungai Gerong, RU IV Cilacap, RU V Balikpapan, dan RU VI Balongan.

Menurut Budi Santoso Syarif, Direktur Pengolahan Pertamina, pasokan listrik dari PLN ini merupakan bentuk sinergi BUMN yang diharapkan membawa banyak manfaat bagi kedua pihak. Poyeksi kebutuhan total daya listrik yang akan digunakan kilang-kilang minyak tersebut tahap pertama sebesar 217 MVA dan tahap selanjutnya bertambah sebesar 104 MVA sehingga total pasokan listrik dari PLN total akan mencapai 321 MVA.

Pasokan listrik dari PLN ini disebut diproyeksikan dapat menghemat operasional kilang Pertamina sebesar Rp2,79 triliun setiap tahun. Selama ini, kebutuhan listrik operasional kilang-kilang Pertamina menggunakan steam boiler sendiri dengan biaya operasional yang lebih mahal karena menggunakan BBM. “Kami yakin dengan kapasitas berlebih PLN, pasokan listrik bisa lebih terjamin. Dari sisi kualitas, listrik PLN juga lebih baik, khususnya untuk tegangan tinggi,” katanya.

Hubungan simbiosis-mutualistis PLN dan Pertamina adalah contoh sinergi antar-BUMN yang sangat positif. Tak heran bila manajemen PLN pun menyatakan kesiapannya memasok energi listrik berapapun yang dibutuhkan Pertamina untuk operasional kilangnya. BUMN di sektor ketenagalistrikan itu juga siap melayani Pertamina dengan memberikan layanan khusus.

Sinergi dengan BUMN Lain

Di luar PLN, Pertamina juga bersinergi dengan lebih dari 15 BUMN. Selain efisiensi dan meningkatkan daya saing, sinergi itu juga bertujuan menjaga ketahanan energi nasional. Sinergi dalam pasokan BBM misanya. Seain ke PLN, Pertamina juga memasok BB dan pelumas untuk PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, PT Merpati Nusantara Airlines, dan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Khusus untuk Garuda, berdasarkan laporan keuangan 2017 (publikasi), Pertamina juga memasok bahan bakar Vi-Gas kendaraan air crew Garuda dan berhasil membukukan volume penjualan lebih dari 1.700 metrik ton dengan kontribusi pendapatan lebih dari US$1 juta.

Tak hanya itu, Pertamina juga bersinergi dengan sejumlah BUMN terkait kepentingan publik seperti PT Pupuk Indonesia, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT PAL Indonesia (Persero), PT Rekayasa Industri, dan PT Sarana Multi Infastruktur (Persero).

Paling strategis dalam menjaga ketahanan energi nasional, terutama kaitannya dengan penggunaan dana, Pertamina bermitra dengan sejumlah BUMN keuangan, yaitu PT BNI (Persero) Tbk, PT BNI Syariah, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, dan PT Bank Mandiri Syariah, dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk serta PT BRI Agroniaga Tbk.

BUMN keuangan adalah mitra paling strategis Pertamina. Kas dan setara kas Pertamina dalam mata uang rupiah serta dolar Amerika Serikat, mayoritas di simpan di bank BUMN. Laporan keuangan Pertamina 2017 (publikasi) memperlihatkan, kas Pertamina dalam mata uang dolar AS ada yang di simpan di tiga bank BUMN, total mencapai US$ 1,23 miliar. Ini terdiri atas kas di BNI sebesar US$ 427,78 juta, naik dari 2016 sebesar US$ 331,49 juta. Lalu di BRI sebesar US$ 399,14 juta, turun dari 2016 sebear US$ 611,13 juta, dan kas di Bank Mandiri sebeasr US$ 277,38 juta, turun dari 2016 sebesar US$ 357,29 juta.

Sementara untuk mata uang rupiah, ada empat bank BUMN tempat Pertamina menyimpan dana. Pertama, Bank Mandiri setara US$ 226,15 juta, naik dari US$ 219,2 juta (year-on-year). Kedua, di BTN setara US$ 197,14 juta, naik dari US$ 177,22 (year-on-year). Ketiga, BNI setara US$ 170,7 juta, naik dari 2016 sebesar US$ 75,63 juta.

Untuk deposito berjangka, beberapa bank BUMN menjadi mitra strategis Pertamina. Deposito berjangka berdenominasi rupiah, ada tujuh bank BUMN yang bersinergi dengan Pertamina. Ketujuh bank BUMN tersebut adalah BRI, BNI, Bank Mandiri, BTN, Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Agroniaga. Total dana deposito berjangka rupiah mencapai US$ 2,113 miliar pada ketujuh bank BUMN dengan porsi terbesar di BRI, yaitu US$ 965,09 juta dan terkecil BRI Agroniaga US$ 25,8 juta.

Adapun untuk deposito berjangka denominasi dolar AS, sinergi Pertamina hanya pada tiga bank BUMN, yaitu BRI, BNI, dan Bank Mandiri. Terbesar adalah deposito di BRI sebesar US$ 699,87 juta, naik dari US$ 52,09 juta. Kedua, BNI sebesar US$ 382,03 juta, naik dari US$ 23,16 juta. Ketiga, Bank Mandiri US$ 18,04 juta.

Di luar kas dan setara kas, Pertamina juga bersinergi dengan tiga bank BUMN untuk fasilitas pinjaman jangka pendek. Pinjaman jangka pendek terbesar berasal dari BRI US$ 189,02 juta, Bank Mandiri US$ 166,15 juta, dan BNI US$ 340 ribu.

Bank-bank BUMN juga menjadi bank tempat pembayaran gaji (payroll) karyawan Pertamina dan anak usaha. Hampir seluruh bank BUMN besar bersinergi dengan Pertamina untuk pembayaran gaji dan pemberian fasilitas pinjaman bagi karyawan perusahaan. Selain Bank Mandiri, Pertamina juga menggunakan BNI dan BRI untuk pembayaran gaji karyawan.

Dengan demikian, wajarlah kiranya bila Pertamina dapat ditasbihkan sebagai BUMN paling terdepan menerapkan kemitraan antar-BUMN. Bagi Pertamina, sinergi BUMN bukan lagi sekadar janji, tapi sebuah bukti! (DR)