JAKARTA – Penerapan berbagai kebijakan baru di sektor energi,  khususnya minyak dan gas bumi tidak serta merta membuat pemerintah optimistis dengan proyeksi produksi siap jual (lifting) migas 2018. Hal ini ditunjukkan dengan asumsi atau target lifting minyak yang disampaikan pemerintah ke DPR.

Pemerintah secara resmi telah mengusulkan Rancangan Anggaran Pendatapan Belanja Negara (RAPBN) 2018 untuk selanjutnya akan dibahas oleh DPR untuk menjadi UU APBN 2018. Dalam RAPBN yang disampaikan Presiden Joko Widodo, pemerintah mengasumsikan penurunan lifting minyak bumi 15 ribu barrel oil per day (BOPD) dari tahun lalu sebesar 815 ribu BOPD menjadi 800 ribu BOPD. Untuk lifting  gas masih stabil di 1,2 juta barrel oil equivalen per day (BOEPD).

Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengakui penurunan target lifting disebabkan harga minyak yang rendah, sehingga investasi dan pengeboran minyak yang dilakukan para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) pada tahun ini hingga tahun depan masih rendah.

Menurut Jonan, salah satu penyebab penurunan asumsi target pemerintah adalah kondisi harga minyak dunia yang masih belum juga beranjak ke posisi ideal sesuai dengan keekonomian industri migas.

Dengan kondisi harga minyak seperti sekarang berbagai upaya pemerintah untuk mendorong investasi dengan berbagai kebijakan baru seperti gross split saja akan percuma.

“Mau didorong apapun, pakai konsep cost recovery atau gross split itu kalau harganya rendah seperti sekarang, minat investasi juga tidak akan besar,” kata Jonan dalam konferensi pers di kantornya, Rabu (16/8).

Jonan mengungkapkan dengan kondisi seperti saat ini KKKS juga diyakini tidak akan melakukan usaha ekstra dalam pengeboran, seperti enhance oil recovery (EOR).

“Karena kondisi lapangannya turun. Selain itu program EOR juga tidak banyak, karena EOR dengan kondisi harga minyak sekarang dibawah US$ 50 per barel sekarang justru rata-rata US$ 48,” kata dia.

Kondisi saat ini kata Jonan minyak mendapatkan saingan berat yakni produksi shale oil yang makin masif. Keberadaan shale oil dengan biaya produksi yang sangat efisien makin membuat harga minyak sulit untuk bergerak naik.

“Chevron bilang shale oil biaya produksi hanya US$ 9 – US$ 10 per barel. Ini mengakibatkan appetite untuk investasi dibidang EOR segala macam jadi tidak telalu besar,” kata Jonan.(RI)