JAKARTA– PT Pertamina EP (PEP), anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu migas, hingga kini menanti keputusan pemerintah (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral) terkait pengelolaan Lapangan Sukowati di Blok Tuban, Jawa Timur. Dalam pertemuan dengan sejumlah editor di Jakarta, Rabu (31/1) pekan lalu, Presiden Direktur PEP Nanang Abdul Manaf menyatakan kesiapan PEP menjadi pengelola lapangan Sukowati karena perusahaan memiliki kemampuan sumber daya manusia, teknologi, dan finansial untuk mengelola lapangan unitisasi tersebut yang per 28 Februari 2018 habis pengelolaan kontraknya oleh Joint Operating Body Pertamina Hulu Energi Petrochina East Java (JOB PPEJ)

Untuk mengetahui lebih jauh kesiapan PEP mengelola lapangan migas habis kontrak tersebut, wartawan Dunia-Energi mewawancarai General Manager PEP Asset 4, unit operasional Pertamina EP, Agus Amperianto. Berikut petikannya.

Bagaimana Komitmen PEP Aset 4 untuk Kelola Lapangan Sukowati?

Wilayah blok yang beririsan dengan WK Pertamina di Sukowati telah kami siapkan program kerja sumurannya untuk tetap menjaga jumlah produksi, bahkan target meningkatkan dan biaya cost per barel yang pasti kami pertahankan tidak naik.

Bisa Anda jelaskan?
Untuk Sukowati kami telah menargetkan tahun ini produksi minyak sebesar 6.214 barel per hari (BPH), jelas meningkat dibandingkan rata-rata dari perolehan unitisasi saat ini yang 5.700 BPH dan target gas produksi, yaitu 8,51 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Hal ini sejalan dengan harapan pemerintah bahwa proses alih kelola yang dipegang adalah produksi tidak turun dan cost per barrelnya tidak meningkat.

Bagaimana kesiapan PEP Aset 4 untuk kelola wilayah kerja tersebut pascahabis kontrak oleh Joint Operating Body Pertamina Hulu Energi Petrochina East Java (PPEJ)?
Secara portofolio bisnis Pertamina, tim kami siap untuk mengelola wilayah kerja migas yang memang telah habis masa kontraknya. Sebagaimana hal yang pernah disampaikan Direktur Hulu Pertamina (Persero) bahwa atas blok-blok migas terminasi yang ditawarkan, perseroan telah siap untuk mengelola enam blok, dan ini termasuk pengelolaan Blok Tuban.

Sejauhmana kesiapan tersebut?
Tim PEP Asset 4 telah mempersiapkan kelanjutan seluruh proses formal dan antisipasi kontrak-kontrak pengadaan yang berkaitan dengan upaya peningkatan produksi Sukowati, bahkan  telah melakukan kajian yang positif bagi peningkatan pendapatan sesuai nilai keekonomian Pertamina.

Apakah Anda optimistis bila pemerintah segera menerbitkan putusan soal pengelolaan area unitisasi yang berada di wilayah kerja Tuban kepada PEP Asset 4 bakal member kontribusi kepada negara?
Dengan rencana pengelolaan area unitisasi yang akan berakhir 28 Pebruari 2018, kami optimistis akan bisa memberikan kontribusi yang maksimal bagi Negara atau pemerintah melalui pengelolaan di bawah Pertamina EP Asset 4 karena perencanaan atau work program-nya sudah kami siapkan matang, khususnya reservoir management yang ditangani oleh tim Pertamina selaku BUMN. Pemerintah pasti lebih baik, lebih matang perencanaannya.

Apa alasannya?
Seperti saya sampaikan bahwa minyak tidak habis, di bawah sana (perut bumi) yang masih ada, maka kita tata reservoir-nya jangan sampai rusak. Suatu saat akan ada yang mendapatkan inovasi teknologi yang lebih pas dan sesuai hidayah dalam menemukan teknologinya. Di sinilah kekuatan Pertamina sebagai BUMN, kita siapkan work program-nya, dan tetap menjadi milik negara hingga titik serah.

Apalagi Pertamina punya pengalaman kelola lapangan migas habis kontrak ya?
Benar sekali, Pertamina sudah berpengalaman dalam mengelola lapangan migas pascaterminasi sekaligus meningkatkan produksi migas di lapangan tersebut. Salah satu contohnya adalah lapangan Sanga-Sanga Pertamina EP, pengelolaan blok migas untuk lapangan Offshore North West Java (ONWJ) pada 2009, di mana Pertamina mendapatkan hak operatorship, dan Pertamina mampu meningkatkan produksinya sampai sekarang, dengan cost production yang efisien, sebagaimana diharapkan pemerintah. Setelah lima tahun mampu mencatatkan tren peningkatan produksi hingga 12 persen. Produksi migas dari 23,1 ribu BPH pada 2009, meningkat menjadi 40,3 BPH. Ini fakta.

Ada contoh lain?
Contoh lain, pengelolaan Blok West Madura Offshore (WMO) yang diambilalih dari Kodeco pada 2011, hingga saat ini juga kenyataannya mampu meningkat produksinya. Dengan demikian apa lagi yang masih diragukan faktanya, bahwa Pertamina memiliki kemampuan yang mumpuni dan memadai dalam pengelolaan blok terminasi selama ini.

Bagaimana perkembangan terkini soal lapangan Sukowati ?
Sebagaimana disampaikan Presiden Direktur PT Pertamina EP bahwa Pertamina EP sudah mengirimkan surat kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), juga melakukan diskusi dengan SKK Migas soal Lapangan Sukowati, bermohon agar lapangan itu dikelola oleh Pertamina EP. Pak Presdir Pertamina EP telah mengisyaratkan kepada kami bahwa jika Lapangan Sukowati dikelola penuh dengan operatorship Pertamina EP, sepenuhnya dilakukan pekerjaan pemboran sumur, work over sumur produksi dan pengeboran sumur injeksi agar produksi kembali seperti semula. Bahkan beliau menyampaikan terkait usulan Rencana Kerja dan Anggaran tidak lagi menjadi masalah bagi Pertamina EP. Jadi, kalau tidak sekarang, kapan lagi. Kalau bukan Pertamina, siapa lagi. (DR)