JAKARTA – Pemerintah akan memprioritaskan penggunaan Geothermal Fund untuk mengeksplorasi lebih dalam potensi panas bumi di Pulau Flores. Pulau Flores memiliki potensi sumber daya alam berupa hasil-hasil perkebunan, perikanan dan pertambangan serta sektor pariwisata yang dapat dikelola dengan memanfaatkan energi panas bumi.

“Sebagai implementasi nyata dari program ini adalah Waisano telah ditetapkan sebagai lokasi pertama program exploration drilling oleh pemerintah,” ungkap Yunus Saefulhak, Direktur Panas Bumi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Jakarta Jumat (7/7).

Program ini merupakan kerja sama antara Kementerian ESDM dan Kementerian Keuangan, yang pelaksanaannya dilakukan PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) dan didanai hibah dari Bank Dunia.

Yunus menambahkan pengembangan panas bumi di Flores dapat diintegrasikan dengan sektor hilir seperti industri semen, smelter, perikanan, perkebunan dan pariwisata agar potensi yang besar tersebut dapat dimaksimalkan. Saat ini kebutuhan listrik di Pulau Flores hanya untuk konsumsi rumah tangga, untuk itu diperlukan koordinasi lintas sektor untuk meningkatkan investasi di Pulau Flores.

Menteri ESDM, Ignasius Jonan sebelumnya mengesahkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 2268 K/30/MEM/2017 tentang Penetapan Pulau Flores sebagai Pulau Panas Bumi pada tanggal 19 Juni 2017. Tujuan penetapan ini ialah untuk mengoptimalkan penggunaan energi panas bumi di Pulau Flores baik sebagai sumber listrik maupun sumber energi non listrik.

Rida Mulyana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, mengatakan salah satu dasar penetapan pulau Flores di Nusa Tenggara Timur sebagai pulau panas bumi ini dikarenakan di pulau tersebut terdapat potensi energi panas bumi yang cukup besar dan diharapkan dapat meningkatkan rasio elektrifikasi di wilayah timur Indonesia.

Pulau Flores memiliki potensi panas bumi sebesar total 902 megawatt (MW) atau 65% dari potensi panas bumi di provinsi Nusa Tenggara Timur dan tersebar di 16 titik potensi yaitu di Waisano, Ulumbu, Wai Pesi, Gou-Inelika, Mengeruda, Mataloko, Komandaru, Ndetusoko, Sokoria, Jopu, lesugolo, Oka Ile Ange, Atedai, Bukapiting, Roma-Ujelewung dan Oyang Barang. Hingga saat ini baru Ulumbu dan Mataloko yang sudah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik dengan total kapasitas terpasang sebesar 12,5 MW.

“Dengan penetapan Pulau Flores sebagai pulau panas bumi ditargetkan pemenuhan kebutuhan listrik dasar (baseload) utama di pulau berasal dari energi panas bumi pada tahun 2025,” tandas Rida.(RA)