JAKARTA – National Iranian Oil Company (NIOC), badan usaha milik negara Iran, dijadwalkan mulai mengapalkan LPG tahap pertama sebanyak 44 ribu metrik ton (MT) yang terdiri atas 22 ribu MT komposisi propane (C3) dan 22 ribu MT komposisi butane (C4) yang dijadwalkan pada 26 atau 27 September 2016.. Daniel Purba, Senior Vice President Integrated Supply Chain Pertamina, mengatakan tingginya permintaan LPG Indonesia membuat perseroan harus memasok dari Iran melalui penandatanganan nota kesepahaman (MOU) pada Agustus lalu dalam rangka jual beli LPG pada 2016 dan 2017.

 

kapal pertamina gas 2

Impor LPG dari Iran sesuai kesepakatan Dirut Pertamina dan Dirut NIOC pada 8 Agustus lalu
“Kami akan menggunakan kapal milik Pertamina Gas 2 dengan Terminal LPG Kalbut Situbondo menjadi terminal bongkar LPG. Distribusi LPG dari Iran dijadwalkan pada tanggal 11 s.d. 12 Oktober 2016,” ujarnya.

Menurut Daniel Pertamina sangat berhati-hati melakukan pengapalan ini dengan memastikan seluruh pihak terlibat, seperti operator pelabuhan dan surveyor tidak termasuk dalam daftar sanction list Uni Eropa, Amerika Serikat, dan PBB.

“Kami berupaya agar pengapalan ini lancar sehingga kami pastikan mulai dari agen, operator pelabuhan, dan semua yang terlibat dalam pengapalan tidak dalam sanction list tersebut,” ujar Daniel.

Menurut data ISC, impor LPG dalam beberapa bulan terakhir tidak memiliki fluktuasi yang berarti, yakni 352 juta ton pada bulan Juli s.d. September 2016 dan pada bulan Oktober akan naik menjadi 396 juta ton dengan penambahan impor dari Iran.

Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dan Managing Director NIOC Ali Kardor pada 8 Agustus lalu menandatangani MOU untuk melakukan studi awal terhadap dua lapangan minyak raksasa di Iran, yaitu Ab-Teymour dan Mansouri (Bangestan-Asmari). Berdasarkan nota kesepahaman itu, Pertamina memiliki waktu enam bulan untuk melakukan studi dan selanjutnya menyampaikan preliminary proposal pengembangan kedua lapangan onshore yang memiliki cadangan lebih dari 5 miliar barel tersebut. (RI)