JAKARTA – PT Bayan Resources Tbk (BYAN), emiten tambang batu bara, memproyeksikan pendapatan hingga akhir 2017 sebesar US$600 juta-US$750 juta, naik 8%-35% dibanding realisasi tahun lalu US$555,5 juta. Target pendapatan dipatok dengan asumsi harga jual rata-rata US$38-US$42 per metrik ton.

Hingga tiga bulan pertama 2017, Bayan telah membukukan pendapatan US$187,46 juta, naik 99,5% dibanding periode yang sama 2016. Pencapaian pendapatan pada kuartal I juga setara 25%-31% dari target 2017.

Chin Wai Fong, Direktur Utama Bayan, mengatakan perseroan lebih optimistis terhadap prospek batu bara. China telah melakukan upaya lebih terkontrol untuk menekan harga batu bara dalam negeri, yang akan langsung mempengaruhi harga di pasar internasional.

“Ini berarti kami tidak lagi mengalami penurunan drastis harga batu bara seperti yang terjadi sebelumnya,” kata dia.

Pasar batu bara mengalami gejolak pada 2016 saat Indeks Globalcoal Newcastle melonjak menjadi US$109,69 per ton pada 11 November dibanding posisi 22 Januari sebesar US$47,37 per ton. Keputusan untuk membatasi pasokan oleh pemerintah China memulihkan Indeks Globalcoal Newcastle yang mencapai angka rata-rata US$66,1 per ton pada 2016 atau naik 11,65% dibanding 2015.

Fong dalam laporan tahun perseroan mengatakan permintaan batu bara, khususnya dengan spesifikasi seperti di Tabang sangat tinggi di Asia, termasuk Indonesia, Malaysia, Taiwan, India, China, Vietnam dan Filipina.
India masih merupakan pasar ekspor utama Bayan dengan kontribusi 35,56%. Selama tujuh tahun terakhir, India menjadi pasar terbesar dan sesuai dengan rencana ekspansi perseroan ke pasar batu bara kalori rendah yang diproduksi konsesi Tabang dan Pakar..

Pada tahun ini, Bayan menargetkan volume penjualan batu bara sebesar 16 juta-18 juta ton, 23%-38% lebih tinggi dibanding volume penjualan 2016 sebesar 13 juta ton.

Perseroan berencana untuk fokus pada produksi di Tabang yang merupakan tambang batu bara kalori rendah berbiaya rendah. Serta merencanakan pengembangan proyek tambang PT Teguh Sinarbadi, PT Firman Ketaun Perkasa dan PT Wahana Baratama Mining yang akan memasuki area penambangan baru dengan rasio pengupasan tanah yang lebih tinggi.(AT)