MENGENAKAN kemeja coklat dipadu celana panjang warna krem dan topi hitam, Rasum Setiawan (48) duduk santai di kursi plastik hijau saat dijumpai Kamis (3/11/2022) siang pekan lalu. Matanya menyapu tetamu yang datang di bangunan dengan dinding batako berukuran 5X6 meter itu.

Rasum adalah Direktur Bank Sampah Gas Methane yang berada di Kelurahan Manggar, Kecamatan Balikpapan Timur, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Dia mengelola sampah organik maupun nonorganik yang berasal dari empat Rukun Tetangga (RT), yaitu RT 61, 97, 36, dan 95 Kelurahan Manggar. “Di luar warga dari empat RT itu, warga RT lain boleh menyetor sampah ke sini,” ujar Rasum kepada Dunia Energi.

Rasum Setiawan, Direktur Bank Sampah Gas Methane Manggar. (foto: dudi rahman)

Bank Sampah Gas Methane Kelurahan Manggar yang dikelola Rasum dan temannya membeli sampah warga Rp1.000 per kilogram (kg). Itu harga sampah yang belum dipilah. Bila sudah terpilah, sampah organik dan nonorganik, harganya beda. “Karena masih baru, rata-rata baru masuk 10 kg sampah. Setelah kami pilah berdasarkan kategori sampah, kami jual ke pengepul, harganya Rp1.500 per kg,” ujar Rasum yang juga berprofesi sebagai pedagang sayur keliling.

Dia mengaku, Bank Sampah Gas Methane baru berdiri belum terlalu lama. Adalah PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), anak usaha PT Pertamina Hulu Indonesia, bagian dari Regional 3 Kalimantan Subholding Upstream Pertamina, yang mendirikan bangunan Bank Sampah Gas Methane. “Kami baru beroperasi sekitar Oktober 2022,” ujarnya.

Warga yang menyetor sampah, lanjut Rasum, akan dicatatkan pada buku tabungan Bank Sampah. Bila sudah satu tahun, warga yang menyetor sampah dapat mencairkan uangnya. “Hitung-hitung mendapatkan THR (tunjangan hari raya),” jelas Rasum sambal tertawa.

Dalam menjalankan aktivitas, Rasum dibantu beberapa pekerja. Dua orang bertindak sebagai sekretaris dan satu orang bendahara. Sementara untuk lapangan, Rasum membagi tiga tim, yaitu seksi penimbang, seksi pemilah, dan seksi pengepakan. “Mayoritas pekerja di sini perempuan, terutama untuk penimbangan dan pemilahan. Untuk packing ada pekerja laki-laki,” katanya.

Menariknya, Bank Sampah Gas Methane Kelurahan Manggar juga memanfaatkan sampah organik jadi pupuk. Beberapa drum plastik dijadikan media pemilahan. “Ini baru ada tiga drum dari sampah organik, satu sudah jadi. Bisa jadi pupuk tanaman,” katanya.

Rasum berharap ke depan, jumlah warga yang menyetor sampah ke Bank Sampah Gas Methane Manggar akan makin banyak. Apalagi jumlah warga di Kelurahan Manggar mencapai 42.000 orang dengan total RT hampir 100.

“Keberadaan TPAS (Tempat Pembuangan Akhir Sampah) Manggar memberi dampak positif bagi kami. Selain dapat pasokan gas pipa yang nyala 24 jam, warga pun bisa menjalankan usaha di rumah,” katanya.

Rasum mungkin benar. Pasalnya, kehadiran PHM melalui program Waste to Energy Community (Wasteco) di TPAS Manggar memiliki efek berantai positif bagi warga Kelurahan Manggar. Haryanto, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Tempat Pembuangan Akhir Sampah (UPTD TPAS) Manggar, mengatakan program Wasteco berdampak besar bagi masyarakat di sekitarnya karena mengurangi penggunaan energi fosil serta meningkatkan taraf hidup masyarakat

Wasteco adalah program yang memanfaatkan pengelolaan sampah di TPAS Manggar. Pemanfaatan sampah menjadi sumber energi ini baru efektif pada 2018. UPTD TPAS Manggar sangat terbantu dengan adanya dukungan dari SKK Migas dan PHM yang mengusung program WASTECO. “Melalui dukungan PHM kami bisa mulai membuat sumur gas methane di dua zona hingga menambah jaringan pipa gas methana,” katanya di lokasi TPAS Manggar Balikpapan, Kamis (3/11/2022).

TPAS Manggar sejatinya sudah menginisiasi pembuatan gas methana sejak 2011-2012. Lantaran kurangnya perawatan, pengolahan sampah jadi gas methane menjadi terhambat. Padahal, jumlah sampah yang masuk makin bertambah setiap tahun, rata-rata 480-500 ton per tahun. “Jika IKN beroperasi, jumlah sampah masuk ke TPAS Manggar akan berkali-kali lipat bertambah,” katanya.

Deddy Prasetia, Lurah Manggar, mengaku pemanfaatan gas methana dari TPAS Manggar menciptakan peluang kerja dan pertumbuhan ekonomi masyarakat serta mendukung pemerintah dalam mengurangi beban subsidi gas elpiji 3kg. Hingga Kamis (3/11/2022) terdapat 307 sambungan rumah yang tersebar di 4 RT, yaitu RT 36, 61, 95, dan 97 serta 12 UKM yang telah memanfaatkan gas untuk kebutuhan memasak.

“Warga kami sangat merasakan manfaat besar penggunaan gas methana dari sampah ini, salah satunya menghemat biaya hidup. Warga kami tidak terkena dampak inflasi karena tingginya harga energi,” ujar Deddy.

Karti, Ketua Kelompok Pengelola Gas Methane TPAS Manggar, menyebutkan iuran gas methana sangat murah, yaitu Rp10 ribu per bulan per rumah tangga. Ini jauh lebih murah daripada membeli LPG 3 kg yang di Kelurahan Manggar dihargai Rp30 ribu per tabung. Selain itu, warga pun dapat memanfaatkan gas untuk usaha. Tak heran jika pelaku usaha rumah tangga di Kelurahan Manggar pasca-Covid 19 meningkat. Apalagi permintaan akan produk yang dihasilkan jumlah meningkat.

“Kini ibu-ibu di kelurahan kami mencoba membuat mantau,” ujar Karti. Mantau adalah salah satu produk unggulan yang banyak dicari dan dijadikan oleh-oleh di Balikpapan.

Seorang anggota Kelompok Pengelola Gas Methane TPAS Manggar  memasak menggunakan gas methane (foto: dudi rahman)

Krisna, General Manager PHM, mengatakan Wasteco adalah salah satu program unggulan PHM yang bertujuan memberikan dampak positif dan signifikan bagi masyakat serta berkelanjutan. Metode yang digunakan dalam program Wasteco ini adalah sistem penangkapan dan pendistribusian gas methane dari TPAS Manggar ke masyarakat. “Basisnya seperti penerapan sederhana teknis industri hulu migas,” ujarnya.

Dengan program Wasteco ini, lanjut Krisna, PHM mampu menyelesaikan berbagai masalah yang timbul antara lain mengurangi dampak keberadaan TPAS, membuka peluang kerja bagi masyarakat. Selain itu, program WASTECO dapat meningkatnan pendapatan masyarakat dengan pengurangan biaya operasional di dapur. “Program WASTECO juga memunculkan pelaku usaha baru dan kegiatan masyarakat semakin positif,” katanya.

Dalam catatan PHM, ada 12 UMKM yang memanfaatkan gas methane untuk usaha. Ini terdiri atas 10 warung serta dua pabrik gula dan tahu. Warga yang memanfaatkan Wasteco memperoleh penghematan per bulan. Usaha sauna energi methana dapat hemat Rp1,19 juta, warung kopi 10 UMKM hemat Rp700 ribu dan produsen gula merah Hasanawaty hemat Rp510 ribu. Sementara itu, warung nasi dan katering UMKM hemat Rp330 ribu, jajanan kue tradisional dua UMKM hemat Rp140 ribu dan gorengan tahu Sutrisno hemat Rp70 ribu. “Energy saving cost untuk 18 UMKM sebesar Rp2,94 juta,” ujar Krisna.

Proses pemurnian sampah jadi gas methane di TPAS Manggar (foto: dudi rahman)

Risna Resnawaty, pengamat CSR dari Universitas Padjadjaran, menilai Pertamina merupakan perusahaan milik bangsa Indonesia yang sangat perduli terhadap pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Apabila dilihat dari pelaksanaan CSR Pertamina dari waktu ke waktu, Pertamina saat ini menitikberatkan program CSR pada peningkatan kemandirian masyarakat dan pelaksanaan pembangunan berkelanjutan.

Menurut dia, program CSR Pertamina tidak lagi didominasi oleh kegiatan bantuan (charity) yang menyebabkan ketergantungan masyarakat terhadap perusahaan. “Keberhasilan program CSR Pertamina terletak pada program yang dilaksanakan berdasarkan pada kebutuhan masyarakat serta potensi yang dimiliki oleh masyarakat,” ujarnya. (DR)