JAKARTA – Kondisi over supply atau kelebihan daya listrik masih terus terjadi terutama di sistem Jawa-Bali. Hingga akhir tahun 2023 saja kondisi kelebihan daya yang tercatat oleh Direktorat Jendral Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencapai 4 gigawatt (GW).

Jisman P Hutajulu, Dirjen Ketenagalistrikan, mengungkapkan terus mendorong agar ada penyesuaian dalam kontrak-kontrak yang dilakukan PLN dengan para produsen listrik.

“Kami melihat ya apalagi Jawa-Bali over supply masih ada 4 GW jadi beberapa pembangkit di 2-3 tahun diupayakan agak mundur COD-nya supaya tidak tertumpuk take or pay-nya. Supaya tidak lebih suffer lagi PLN-nya,” kata Jisman dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (18/1).

Kelebihan daya listrik ini merupakan imbas dari proyek 35 ribu megawatt (MW) yang masih menggunakan asumsi pertumbuhan ekonomi serta konsumsi listrik yang tinggi. Sayangnya ditengah jalan berbagai kondisi membuat ekonomi melempem begitu juga konsumsi listrik. Seperti misalnya kondisi pandemi COVID-19 yang melanda sekitar dua tahun serta ekonomi dunia yang bergejolak akibat perang yang terjadi di beberapa wilayah.

“Karena memang kita dulunya di program 35 ribu MW itukan pertumbuhan itu kita asumsikan 7-8%. dengan pandemi COVID-19 ini nggak mencapai. Kita dorong memang pada saat itu untuk penambahan pembangkit. nah sekarang ini pertumbuhan listrik sudah di angka 5&-6% sehingga yang over capacity ini bisa teratasi di 2-3 tahun,” ujar Jisman.

Untuk tiga tahun ke depan salah satu sektor yang ditargetkan bisa menyerap listrik dalam jumlah besar adalah sektor industri yang banyak akan tumbuh.

“Untuk pembangunan pembangkit untuk mengcover pertumbuhan dan demand yang baru, terutama ada smelter besar-besar di Sulawesi dan Jawa juga ada,” ungkap Jisman. (RI)