JAKARTA – Dunia saat ini tengah masuk ke dalam era transisi energi terbarukan. Setelah transisi energi 4.0 yang ditandai dengan maraknya penggunaan energi digital seperti smart grid dan transformasi energi terbarukan, maka pada transisi energi 5.0 akan didominasi penggunaan energi terbarukan, seperti solar PV dan juga mobil listrik.

“Kami sedang merancang strategi Indonesia Renewable Energy 50/50, yaitu pencapaian energi terbarukan sebesar 50% dan net zero emission pada 2050. Hal ini dirancang untuk menyambut G20 pada 2022,” ujar Surya Darma, Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), dalam acara diskusi Pojok Iklim, baru-baru ini.

Djoko Winarno, Ketua Umum Masyarakat Energi Biomassa Indonesia, menambahkan Indonesia memiliki potensi besar dalam hal biomassa dan dapat menjadi pilihan sebagai salah satu sumber energi terbarukan. Bila feedstock bersumber dari sampah, hal ini sekaligus mengurangi tumpukan sampah sehingga mengurangi gas metana penyebab emisi gas rumah kaca (GRK). Bila sumber biomassa ditanam di lahan kritis seperti lahan bekas tambang, hal tersebut juga membantu mengurangi pemanasan global.

“Biomassa juga menjadi satu-satunya sumber energi terbarukan yang dapat dibawa ke mana saja. Selain itu, biomassa lebih stabil dan dapat tersedia 24 jam,” kataDjoko.

Soeryo Adiwibowo, Penasihat Senior Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), menekankan perlunya inklusifitas dalam mengembangkan energi terbarukan, di samping pula kebijakan dan tata kelola yang mampu mendorong sinergitas untuk pengembangan energi terbarukan dan pencapaian poin-poin tujuan pembangunan berkelanjutan.

“Pasalnya, teknologi energi terbarukan pada dasarnya adalah pluralism in nature atau majemuk teknologi (surya, air, angin, co-firing biomassa, pasang-surut laut, co-firing, sampah, geothermal,” kata Soeryo.

Sementara itu Tri Mumpuni, Direktur Eksekutif Inisiatif Bisnis Ekonomi Kerakyatan, menyampaikan bahwa Indonesia harus menyediakan energi bersih yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat. Jika pemerintah memberi ruang kepada rakyat dengan dukungan pendanaan yang benar dan kerangka kebijakan yang tepat, Indonesia dapat mengentaskan kemiskinan dan mempersempit ketimpangan ekonomi.

“Banyak proyek energi yang terlampau besar lalu diserahkan ke rakyat dengan sistem top-down, namun akhirnya tidak bisa berkelanjutan. Teknologi terbaik adalah yang paling dekat dengan masyarakat, jadi energi terbarukan perlu dibangun dengan berbasis masyarakat,” kata Tri.(RA)