JAKARTA – Pemerintah optimistis investasi di sektor hilir migas terus meningkat. Penopang utamanya adalah proyek kilang, baik itu pengembangan maupun kilang baru PT Pertamina (Persero).

Data pemerintah menyebutkan pembangunan dua kilang minyak baru di Tuban dan Bontang serta revitalisasi (Refinery Development Master Plan/RDMP) Kilang Balongan, Balikpapan, Cilacap, Dumai dan Plaju membutuhkan total investasi  US$68 miliar selama periode 2019-2026.

Ignatius Tallulembang, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina,  mengatakan pembangunan kilang membutuhkan tenaga kerja sekitar 150 ribu orang pada masa konstruksi dan 12 ribu orang saat beroperasi. Penggunaan sumber daya lokal diperkirakan 35-50% dan potensi peningkatan devisa sekitar US$12 miliar per tahun.

Kapasitas pengolahan kilang-kilang ini mencapai 2,1 juta barel per hari dan produksi petrokimia 12 ribu kilo ton per annum (ktpa).

Tallulembang mengungkapkan, mengingat pembangunan kilang dan petrokimia membutuhkan biaya dan risiko yang besar, diperlukan mitra dalam pelaksanaannya. Dalam proses pencarian mitra ini, berdasarkan pelajaran yang diperoleh selama ini, Pertamina membuka peluang kerja sama dengan berbagai skema bisnis.

Pertamina mendorong agar perusahaan swasta dalam negeri dapat berpartisipasi dalam pembangunan kilang serta infrastruktur lainnya, seperti terminal BBM, LPG dan pelabuhan.

“Skema berpartner juga kamu buka lebih fleksibel. Bukan cuma dengan satu cara saja,” kata Tallulembang dalam diskusi akhir pekan lalu.

Pada tahun ini kontribusi investasi dari pengembangan kilang juga mulai terasa. Hingga akhir 2020 total investasi untuk kilang ditargetkan mencapai US$ 3,223 miliar.

Soerjaningsih, Direktur Pembinaan Program Ditjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan untuk tahun ini target investasi dipatok lebih tinggi dibanding realisasi tahun lalu.

“Berdasarkan prognosa, investasi hilir migas 2020 mencapai US$ 3,223 miliar, lebih tinggi dari 2019 yang realisasinya mencapai US$1,06 miliar. Investasi hilir migas diproyeksikan akan  terus meningkat hingga tahun 2024,” kata Soerjaningsih.

Untuk 2021, investasi hilir migas diproyeksikan sebesar US$7,238 miliar. Setahun kemudian atau 2022 mencapai US$ 11,819 miliar. Selanjutnya, US$14,531 miliar pada 2023 dan 2024 mencapai US$13,9 miliar.

Menurut Soerjaningsih, investasi hilir migas 2020 didominasi oleh kegiatan pengolahan yaitu peningkatan kapasitas kilang (RDMP) dan pembangunan kilang baru (GRR) yang mencapai 80%, tentu ini didominasi oleh kegiatan pembangunan kilang oleh Pertamina. Selanjutnya adalah investasi di bidang pengangkutan sebesar 14%, penyimpanan 4% dan niaga 2%.

Berdasarkan Global Competitivenes Index 2017-2018, investasi migas indonesia berada di posisi 36 dari 137 negara. Pemerintah terus berupaya memperbaiki iklim investasi, termasuk di bidang migas. Faktor utama iklim bisnis adalah birokrasi Pemerintah, stabilitas politik, regulasi perpajakan dan produktivitas tenaga kerja.

“Sektor infrastruktur juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam hal tingkat competitiveness,” kata Soerjaningsih.(RI)