JAKARTA – Negosiasi pengalihan participating interest (PI) proyek Masela antara Shell dan Pertamina akhirnya segera berakhir. Salah satu poin utama dalam negosiasi tersebut adalah masalah hargga. Shell diketahui pada awal negosiasi meminta harga tinggi. Ini yang membuat negosiasi berjalan dengan alot dan turut serta memberikan dampat kepada kelanjutan proyek Masela.

Melihat kondisi tersebut akhirnya pemerintah turun tangan dan ikut mendorong Shell dan Pertamina segera merampungkan kesepakatan. Pemerintah beralasan keterlambatan proyek Masela yang lebih lama bakal juga kepada ketahanan energi nasional.

Dwi Soetjipto, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), menegaskan pemerintah dengan tegas mengingatkan pihak Shell agar tidak keras dalam proses negosiasi harga pengalihan PI dengan Pertamina. Pemerintah kata dia mengingatkan Shell bahwa perusahaan tersebut tidak hanya berbisnis di sektor hulu migas.

“Kita ingatkan anda (Shell) kan ada bisnis juga di sana sini, di sini negara sangat berkepentingan menjaga energy securyty,” kata Dwi ditemui di Kementerian ESDM, Jumat lalu (7/7).

Shell akhirnya luluh dan mau menerima tawaran Pertamina. Meskipun masih dirahasiakan, namun Dwi menegaskan harga PI Masela sesuai dengan kemampuan Pertamina di bawah US$1 miliar. “iya dibawah (US$1 miliar),” ungkap Dwi.

Pemerintah kata Dwi langsung mendorong Shell agar segera mencapai kesepakatan dengan Pertamina. Shell sendiri memang memiliki beberapa lini bisnis lain. Salah satu yang terbesar selain bisnis hulu ada di hilir.

SPBU Shell merupakan SPBU yang saat ini terus berkembang dan mampu bersaing dengan SPBU Pertamina. Jumlah SPBU-nya juga jadi yang terbanyak jika dibandingkan SPBU dari perusahaan swasta lain.

Selain itu Shell menurut Dwi juga tengah menjajaki bisnis baru di tanah air. Untuk itu pemerintah memperingatkan Shell agar tidak berlama-lama bernegosiasi dengan Pertamina dan segera mencapai kata sepakat.

“Kita harapkan Shell bisa percepat proyek ini (Masela) supaya segera deal, pemerintah approach ke Shell karena shell bukan hanya Abadi Masela ada downstream business juga. Shell masuk di EBT juga, masih banyak,” tegas Dwi.

Saat ini menurut Dwi hanya tersisa proses penandatanganan Sales and Purchase Agreement (SPA) dan dijamin bakal dilakukan di bulan Juli. “SPA memang belum. Tapi Juli ini lah,” ujar Dwi.

Para kontraktor di proyek Masela termasuk calon pengganti Shell yaitu Pertamina tidak punya banyak waktu. Untuk itu setelah nanti kesepakatan dicapai maka beberapa pekerjaan sudah menanti. Antara lain adalah revisi kedua rencana pengembangan atau Plan of Development (POD) lapangan Masela dengan memasukkan program carbon capture, dengan tambahan investasi sebesar US$1,1- US$1,4 miliar. (RI)