JAKARTA – PT Pertamina (Persero) mematok laba bersih pada 2020 US$2,2 miliar,  lebih tinggi 10% dari target laba bersih tahun ini yang dipatok sebesar US$2 miliar.

Nicke Widyawati, DIrektur Utama Pertamina, mengungkapkan kinerja keuangan Pertamina ditopang kinerja produksi minyak dan gas. Serta beberapa faktor lainnya,  seperti harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP).

“Untuk tahun depan produksi migas Pertamina dipatok 923 ribu barel setara minyak per hari (boepd). Dengan perincian produksi minyak mancapai 430 ribu barel per hari (bph) dan produksi gas sebesar 2.857 juta kaki kubik per hari (mmscfd),” kata Nicke disela rapat dengar pendapat dengan komisi VII DPR RI, Kamis (28/11).

Produksi migas tahun depan ditargetkan lebih besar dari target 2019 sebesar 906 ribu boepd.

Dalam data target rencana kerja perusahaan yang disampaikan di rapat degar pendapat dengan komisi VI DPR, Pertamina mematok pendapatn sebesar US$58,33 miliar dengan asumsi harga minyak mentah Indonesia US$ 63 per barel dan kurs Rp 14.400 per dolar AS. Sementara untuk total volume penjualan produk minyak ditargetkan mencapai 90,83 juta Kiloliter (KL).

Tajudin Noor, Sekretaris Perusahaan Pertamina, mengatakan target pertumbuhan laba terjadi karena ada berbedaan ICP pada 2020. Tahun ini, ICP dalam APBN 2019 dipatok sebesar US$ 70 per barel, sementara tahun depan tercatat US$ 63 per barel. Penurunan asumsi ini tentu memberikan dampak pada beban impor Pertamina yang juga berkurang.

“Jadi kan kalau laba penjualan dan biaya, selama penurunan pendapatan lebih kecil dibandingkan penurunan biaya tidak masalah,” kata Tajudin.

Selama ini Pertamina melakukan impor minyak mentah rata-rata mencapai 6,5 juta – 7 juta barel setiap bulan dengan rincian pasokan terbesar berasal dari Timur tengah yang bisa mencapai 3 juta barel. Sementara sisanya sekitar 4 juta barel dipasok dari berbagai sumber seperti Nigeria, Amerika Serikat maupun Australia.

Untuk impor produk minyak mentah, Pertamina melakukan impor beberapa produk dengan total volume rata-rata per bulan mencapai 11 juta barel. Beberapa produk tersebut adalah produk gasoline seperti Premium, Pertamax Series.(RI)