PASURUAN – PT Pertamina Hulu Energi Jambi Merang (KKPJM), PT Pertamina Hulu Energi Jambi Merang (PHE JM) yang tergabung dalam Subholding Upstream Pertamina terus melaksanakan kegiatan perekaman data sebagai bagian dari kegiatan eksplorasi. Saat ini, progress perekaman data 2D sudah mencapai lebih dari 80% dan telah memasuki wilayah Pasuruan, Jawa Timur.

Dwi Soetjipto, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menekankan pemenuhan Komitken Kerja Pasti ini bertujuan untuk meningkatkan potensi cadangan migas nasional. “Terimakasih kepada Perwira Subholding Upstream Pertamina, baik tim PHEJM maupun Elnusa dan semua yang terlibat dalam perekaman data 2D. Diharapkan dengan perekaman data dapat membuka potensi Giant Discovery yang dapat mendukung target nasional menuju 1 juta BOPD dan 12 BSCFD gas di tahun 2030,” ujar Dwi (3/6).

Menggandeng PT Elnusa (Tbk) yang juga merupakan bagian dari Subholding Upstream Pertamina, perekaman dilakukan menggunakan kendaraan khusus vibroseis serta alat penerima gelombang bernama Smartsolo yang dimiliki Elnusa yang dipasang sepanjang lintasan area survey.

Medy Kurniawan, Direktur Eksplorasi Subholding Upstream Pertamina, menjelaskan survey Seismik 2D Vibroseis ini merupakan salah satu upaya Eksplorasi Subholding Upstream dalam membuka potensi sumber daya migas baru di open area di Subvulkanik Play. Survey Seismik 2D Vibroseis dilakukan sepanjang 1.000 km mencakup 3 provinsi, 29 kota/kabupaten dan 171 kecamatan. “Dimulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan terakhir di Jawa Timur ini,” jelas Medy.

Survei Seismik 2D Vibroseis Sub-Vulkanik ini merupakan salah satu upaya eksplorasi Subholding Upstream Pertamina dalam membuka potensi sumber daya migas baru dengan pengambilan data bawah permukaan di area sub vulkanik, sebagai pemenuhan Komitmen Kerja Pasti (KKP) WK Jambi Merang di Wilayah Terbuka tahun ke-2.

Pelaksanaan survei menggunakan truk vibroseis sebagai seismic source yang akan bekerja di sepanjang jalan yang sudah di tentukan. Dalam survei ini juga digunakan wireless technology receiver yang hanya cukup ditancapkan di permukaan tanah sehingga memiliki nilai efisiensi yang lebih baik. Berkat dukungan teknologi tersebut menjadikan kegiatan survei ini lebih ramah lingkungan dibanding metode seismic pada umumnya, yaitu dengan menggunakan explosive seismic source. (RI)