JAKARTA – PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA), emiten tambang bauksit, memproyeksikan meraih  pendapatan hingga akhir 2016 mencapai US$53,7 juta. Hingga tiga bulan pertama, perseroan mencatat pendapatan sebesar Rp13,9 miliar.

Yusak Lumba Pardede, Direktur Cita Mineral, mengatakan perseroan memperkirakan hingga akhir tahun masih akan membukukan kerugian sebesar US$11 juta. “Pada kuartal I 2016 perseroan membukukan rugi bersih sebesar Rp 24,03 miliar,” kata Yusak usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Kamis (16/6).

Sepanjang tahun lalu, Cita Mineral membukukan rugi bersih mencapai Rp 341,20 miliar dengan penjualan Rp 13,9 miliar dan laba bruto Rp 2,87 miliar.

Menurut Yusak, dengan dimulainya produksi perdana smelter grade alumina (SGA) pada akhir Juni 2016 dari pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) yang dioperasikan PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW) diharapkan kondisi keuangan perseroan akan lebih baik.

Robby Irfan Rafianto, Direktur Cita Mineral, mengatakan selama periode Juni – Desember 2016 smelter Well Harvest akan memproduksi 600.000 SGA. Total kebutuhan bijih bauksit selama periode tersebut sebanyak 1,8 juta ton. Smelter Well Harvest dengan kapasitas 2 juta ton SGA per tahun ini menelan investasi mencapai US$ 1,15 miliar.

“Untuk line I smelter Well Harvest ditargetkan memproduksi 1 juta ton SGA setiap tahunnya. Pasokan bijih bauksit berasal dari anak usaha perseroan, Harita Prima Abadi Mineral ,” kata Robby.

Untuk kebutuhan listrik pada tahap pertama ini menggunakan tenaga listrik dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 80 megawatt (MW). Konstruksi fasilitas smelter ini telah dimulai sejak Juli 2013.

Well Harvest merupakan perusahaan patungan antara Cita Mineral yang menguasai 30% saham, China Hongqiao Group Limited (56%), Winning Investment (HK) Company Ltd.(9%), dan Shandong Weiqiao Aluminium and Electricity Co.Ltd (5%). (RA)