Ridwan Syah, Kepala Bappeda NTB dan Ketua Tim Percepatan Pembangunan Smelter (foto: ist/Dunia-Energi)

PT Amman Mineral Nusa Tenggara, perusahaan tambang emas dan tembaga terafiliasi PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), telah menandatangani kontrak untuk desain teknik dan rekayasa awal (Front End Engineering Design/FEED) dengan Outotec pada kuartal IV 2018. Manajemen Amman Mineral menyatakan bahwa perusahaan berkomitmen untuk merealisasikanpembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) katoda tembaga di Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat dengan total kapasitas produksi 2 juta-2,6 juta ton per tahun. Pada tahap awal, Amman Mineral membangun smelter berkapasitas 1,3 juta ton.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) NTB mengapresiasi rencana Amman Mineral untuk segera merealisasikan pembangunan smelter di Batu Hijau. Untuk mengetahui lebih jauh harapan Pemerintah Provinsi NTB atas keberadaan smelter Amman Mineral di Batu Hijau, wartawan Dunia-Energi Yurika Indah Prasetianti mewawancarai Kepala Bappeda NTB Ridwan Syah, Kamis (24/1). Selain Kepala Bappeda, Ridwan Syah juga adalah Ketua Tim Percepatan Pembangunan Smelter. Berikut petikannya.

Bagaimana kemajuan pengembangan smelter Amman Mineral?
Ini kita harus bagi dalam beberapa periode. Pertama, pada periode 2017. (Amman Mineral) sudah mendapat rekomendasi kesesuaian pemanfaatan ruang dari BKPRD NTB No.050/5199/05-Bappeda/2017 dengan penguasaan izin seluas 94 hektare. Selain itu, Amman juga sudah mendapat IPR dari DPMPTSP NTB No.503/10-XII/03/IPR/DPMPTSP/2017.

Kedua, pada periode 2018. Pemprov NTB dan Pemda Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) telah melaksanakan konsultasi ke Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) terkait percepatan pembangunan smelter di KSB. Juga sudah mendapat rekomendasi kesesuaian pemanfaatan ruang dari TKPRD KSB No.050/59/TKPRD/VI/2018 dan mendapat rekomendasi kesesuaian pemanfaatan ruang dari TKPRD NTB No.050/3146/05-Bappeda/2018 dengan penguasaan izin seluas 850 Ha.

Amman Mineral pun telah mendapat IPR dari DPMPTSP NTB No.503/05-VII/03/IPR/DPMPTSP/2018 serta mendapat rekomendasi penyusunan peta revisi RTRW dari BIG, rencana kawasan industri besar telah tertuang dalam peta pola ruang RTRW KSB seluas 1.200 Ha. Terakhir adalah pembentukan tim percepatan pembangunan smelter dan industri turunannya sesuai SK GUB NTB no.050.13-775 tahun 2018.

Untuk tahun ini?
Tahun ini ada empat kegiatan yang disiapkan. Pertama, legalisasi revisi Perda RTRW KSB. Kedua, penyiapan site plan oleh Amman Mineral terkait ruang seluas 850 ha di Maluk. Ketiga, AmmanMineral menyiapkan data DDDTLH sebagai dasar penyusunan KLHS RTR Maluk. Keempat, menyiapkan data teknis lainnya untuk percepatan pembangunan smelter dan industri turunannya.

Kapan konstruksinya?
Konstruksi pabrik industri smelter dan prasarana pendukungya pada 2019-2021.

Kapan beroperasinya?
Pembangunan smelter harus sudah rampung pada 2021. Setelah pembangunan selesai, baru operasional smelter dan industri turunannya.

Apa saja kendala terkait pembangunan smelter tersebut?
Kepemilikan lahan sebagai rencana lokasi pembangunan smelter dan industri turunannya. Selain itu soal tukar guling Pelabuhan Benete ke Pelabuhan Lalar. Masalah intinya pada kebijakan menteri, jadi harus konsultasi ke pusat.

Bagaimana dukungan Pemprov NTB atas rencana Amman Mineral membangun smelter? 
Pemprov NTB dan Pemda KSB sangat mendukung dan wellcome dengan rencana pembangunan smelter dan industri turunannya. Bentuk dukungannya,  Pemkab dan Pemprov bersatu menyediakan kawasan investasi yang kondusif baik dari sisi lokasi, perizinan yang dipermudah, insentif (keringanan pajak). Khusus untuk perizinan nanti terdelegasi kepada Komite Kawasan Industri.

Apa saja dampak positif dari pembangunan smelter Amman Mineral di Batu Hijau?
Keberadaan smelter ini akan memberi manfaat yang sangat besar bagi pengembangan ekonomi wilayah KSB dan daya ungkit bagi Provinsi NTB. Secara rinci pembangunan smelter dapat memberikan keseimbangan pertumbuhan antara pulau Lombok dan Sumbawa, bangkitan ekonomi dari kegiatan-kegiatan di sekitar kawasan smelter, dan peningkatan kualitas SDM, sesuai dengan kebutuhan smelter. Selain itu, pertumbuhan ekonomi lokal sebagai dukungan untuk semua kegiatan dan kebutuhan smelter. (RA)