JAKARTA-PT SIMS Jaya Kaltim, anak usaha PT Samindo Resources Tbk (MYOH)– perusahaan penyedia jasa pertambangan batubara terintregrasi–memberi kontribusi 69% atau terbesar terhadap pendapatan induk usaha. Dari total pendapatan Samindo hingga kuartal III 2018 yang mencapai US$ 175,2 juta, artinya US$ 120,88 juta berasal dari SIMS Jaya Kaltim. Sisanya sebesar US$ 54,31 juta dikontribusikan oleh PT Trasindo Murni Perkasa dan PT Samindo Utama serta PT Mintec Abadi, tiga anak usaha Samindo lainnya.
Ahmad Zaki Natsir, Head of Investor Relations Samindo Resources, mengatakan sepanjang Januari-September 2018, perusahaan mencatatkan kinerja positif. Hal itu dibuktikan dari peningkatan kinerja finansial dan kinerja operasional yang on track.
Hingga kuartal III 2018, Samindo membukukan laba bersih US$ 21,5 juta atau sekitar Rp 301,39 miliar (kurs rata-rata dalam sembilan bulan Rp14.000), naik 148,8% dibandingkan periode sama tahun lalu US$ 8,65 juta. Kenaikan laba bersih dipicu oleh peningkatan pendapatan pada seluruh aktivitas operasional perusahaan sebesar 31,4% dari US$ 133,29 juta menjadi US$ 175,2 juta.
“Naiknya volume batuan penutup dan volume pengangkutan batubara adalah faktor utama yang mendorong naiknya pendapatan dari kedua aktivitas tersebut,” ujar Zaki di Jakarta, Selasa (30/10).
Menurut dia, keberhasilan Samindo dalam mendorong produktivitas serta secara bersamaan mengelola efisiensi biaya menjadi faktor utama yang mendorong profitabilitas perusahaan hingga kuartal III 2018. Awalnya, Samindo menargetkan laba bersih sepanjang 2008 sebesar US$ 17 juta. “Saat ini pencapaian kami telah melampaui target dan kami yakin akhir 2018 kami akan menutupnya dengan hasil yang baik,” ujarnya.
Ahmad Saleh, Direktur Independen Samindo Resources, menambahkan
dari sisi kinerja operasional, Samindo juga menunjukkan tren positif. Pemindahan lahan atau overburden removal mencapai 39,5 juta bank cubic meter (bcm), naik dari 35,5 juta bcm pada periode sama 2017. Pengangkutan batubara (coal hauling) juga naik dari 19,9 juta ton menjadi 21,3 juta ton.
“Untuk coal getting (produksi batubara), terealisasi 6,8 juta ton, lebih rendah dari kuartal III 2017 sebanyak 7,5 juta ton. Ini karena stockpile di tambang Kideco berlebih,” ujar Saleh.
Dari sisi biaya, Zaki menyebutkan, berbagai program efisiensi yang telah digalakkan sejal awal 2018 terbukti berhasil menahan laju biaya pokok produksi. Indikasi ini terlihat dari kenaikan biaya pokok produksi yang lebih rendak dari kenaikan pendapatan. Sepanjang Januari-September 2018, biaya pokok produksi (cost of good sold/COGS) sebear US$ 138,2 juta, naik 18,9% dari US$ 116,25 juta year-on-year.
“Dari empat komponen biaya produksi, hanya biaya material yang mengalami kenaikan secara signifkikan. Program efisiensi dengan fokus menekan biaya BBM cukup berhasil menahan laju kenaikan biaya bahan bakar,”katanya.
Empat komponen biaya produksi Samindo Resources adalah material, overhead, depresiasi, dan tenaga kerja. Total biaya produksi terbesar untuk material yang mencapai 40%, sebesar 20% di antarnya untuk BBM. Sisanya untuk komponen kendaraan dan pelumas. “Overhead cost sekitar 40% dan depresiasi dan tenaga kerja masing-masing sekitar 10%,” kata Zaki.
Dia juga menyebutkan, sepanjang Januari-September 2018 perusahaan telah merealisasikan belanja operasi (opex) sebesar US$ 6,6 juta, lebih tinggi dari kuartal III 2017 sebesar US$ 5,9 juta. Untuk belanja modal (capex) hingga akhir September 2018 terealisasi US$ 11,6 juta dari proyeksi US$ 13,8 juta. “Sisanya untuk November-Desember 2018, biasanya untuk pembelian alat kantor,” ujarnya.
Samindo Resources adalah investment holding company dengan kompetensi inti dalam penyediaan jasa pertambangan batubara dan hal pemindahan lahan, produksi batubara, dan pengangkutan batubara, serta pemetaan geologi dan pemboran. Keempat kegiatan usaha itu dilakukan melalui empat anak usaha, yaitu PT SIMS Jaya Kaltim, PT Trasindo Murni Perkasa, PT Samindo Utama Kaltim, dan PT Mintec Abadi. (DR)
Komentar Terbaru