JAKARTA – Pertamina dan Petronas secara resmi mengambil alih Participating Interest (PI) proyek Abadi Masela dari Shell. Pertamina kini memiliki PI sebesar 20% proyek Masela sementara Petronas memiliki 15%. Dalam keterngan resminya, Shell setuju untuk menjual 35% PI-nya di proyek Masela dengan nilai total sebesar US$650 juta.

Pembayaran PI sendiri dibagi menjadi dua tahap dengan masing-masing nilai yang harus dibayar Pertamina dan Petronas sebesar US$325 juta pada tahap I dan US$325 juta pada tahap II nanti.

Zoë Yujnovich, Direktur Upstream dan Gas Shell mengungkapkan transaksi efektif pada 1 Januari 2023 dan ditargetkan selesai pada kuartal 3 tahun ini.

“Keputusan untuk menjual hak partisiasi PSC Masela ini sejalan dengan fokus dalam dalam alokasi investasi perusahaan,” kata Zoë.

enandatanganan perjanjian jual beli kepemilikan Blok Masela dilakukan langsung oleh Direktur Utama PHE Wiko Migantoro, Naib Presiden Eksekutif & Ketua Pegawai Eksekutif Huluan PETRONAS, Datuk Adif Zulkifli, dan Director Finance for Acquisition Divestment and NBD Asia Pacific Shell Kuo Tong Soo.

Penandatanganan dilakukan pada acara pembukaan Konvensi Indonesia Petroleum Association (IPA) hari Selasa, 25 Juli 2023 dan disaksikan oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif, Direktur Jenderal MIGAS Tutuka Ariadji, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan Presiden & Ketua Pegawai Eksekutif Kumpulan PETRONAS Tan Sri Tengku Muhammad Taufik.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, menuturkan demi memenuhi kebutuhan energi nasional dibutuhkan komitmen untuk menjaga pasokan migas dari sisi hulu.

“Selain mengelola lapangan eksisting maka diperlukan strategi untuk mengembangkan lapangan baru, salah satunya adalah Lapangan Abadi di Blok Masela,” ungkap Nicke.

Nicke menjelaskan bahwa kedepannya Lapangan Abadi Blok Masela berpotensi menyerap hingga 10.000 tenaga kerja. Pengembangan Blok Masela diharapkan dapat membantu percepatan pengembangan area lokal sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan dapat menyerap tenaga kerja lokal. Hal ini tentunya akan berdampak langsung pada pengembangan ekonomi di wilayah Indonesia Timur.