JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat penyaluran gas nasional hingga September 2020 mencapai 5.699,29 miliar british thermal unit per hari (billion british thermal unit per day/BBTUD). Realisasi tersebut masih dibawah volume kontrak harian. Padahal harga gas khusus sebesar US$ 6 per MMBTU telah diberlakukan.

Secara detail berdasarkan data SKK Migas penyaluran gas untuk pabrik pupuk baru sebesar 705,79 BBTUD atau 68,94% dari volume harian kontrak 1.023,8 BBTUD, kemudian salah satu serapan yang masih jauh dibawah volume kontrak adalah sektor kelistrikan karena baru 666,88 BBTUD atau 43,68% dari volume harian kontrak 1.526,65 BBTUD. Untuk sektor industri serapannya baru sebesar 1.539,62 BBTUD atau 70,43% dari volume harian kontrak 2.186,14 BBTUD.

Aried Setiawan Handoko, Deputi Monetisasi dan Keuangan SKK Migas, mengungkapkan realisasi penyaluran gas per September untuk pembeli yang menikmati harga gas khusus sedikit di bawah perkiraan awal, salah satunya PT PLN (Persero). Hal ini berdampak pada penerimaan negara dari penjualan gas yang awalnya diperkirakan mencapai US$ 1,4 miliar, kemungkinan hanya akan terealisasi setengahnya.

“Tentunya harus dikembalikan. Jadi alokasi baru untuk industri lain, mungkin bisa diekspor melalui pipa atau bisa dipakai PGN jadi insentif karena harganya juga turun,” kata Arief, belum lama ini.

Menurut Arief, sebenarnya realisasi penyaluran gas hingga kuartal III sudah melebihi target 5.566 BBTUD kemudian sudah lebih baik jika dibanding realisasi per Agustus lalu yang sebesar 5.563 BBTUD. Sampai akhir tahun, realisasi penyaluran gas ini diproyeksikan terus meningkat dengan asumsi adanya kenaikan penyerapan gas dari beberapa sektor, yakni pembeli ekspor gas pipa dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk untuk wilayah Jawa Barat.

Selain itu, perkiraan itu juga mempertimbangkan penjualan volume LNG yang tidak terkontrak (uncommitted cargo) ke pasar spot. Dari sisi operasi, proyeksi penyaluran gas 2020 juga mengasumsikan kembali beroperasinya Lapangan Gundih dan Kepodang di sisa 2020.

“Proyeksi penyaluran gas rata-rata dari Januari hingga Desember 2020 sebesar 5.715 BBTUD,” kata Arief.

Sesuai Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Kepmen ESDM) 89K/2020 alokasi gas untuk industri penerima insentif harga gas ditetapkan sebesar 1.147,1 BBTUD. Sementara untuk pasokan gas pembangkit listrik yang mengikuti Kepmen 91K/2020 sebesar 1.370,43 BBTUD. Namun, penerapan harga gas US$ 6 per MMBTU ini belum jalan 100%.

“Ada beberaoa PJBG (perjanjian jual beli gas) yang belum final HoA-nya (head of agreement/kesepakatan pokok),” ungkap Arief.

Khusus LNG realisasi per September 5.699,29 BBTUD, penyalurannya tercatat sesuai dengan volume kontrak hariannya, baik untuk dalam negeri maupun ekspor yakni penyaluran LNG domestik 395,86 BBTUD dan ekspor 1.379,89 BBTUD. Dalam kargo, realisasi penjualan LNG ini sebanyak 155,5 kargo di mana 63,4 kargo dari Kilang Bontang dan 92,1 kargo dari Kilang Tangguh.

“Memperhitungkan kontrak, masih ada proyeksi (penyaluran) akhir tahun menjadi 205,7 kargo, dari Kilang Bontang 84,6 kargo dan Kilang Tangguh 121,1 kargo,” kata Arief.(RI)