JAKARTA – Krisis energi global yang terjadi saat ini diinilai akan berpengaruh terhadap kedaulatan energi nasional. Hal ini akan menambah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pada sektor energi.

Ahmad Redi, Pakar Hukum Sumber Daya Alam, mengungkapkan sejumlah permasalahan energi yang masih terjadi hingga saat ini antara lain penurunan produksi minyak bumi yang memicu ketergantungan terhadap impor. Kondisi ini diperburuk dengan pembangunan kilang minyak yang belum optimal.

“Padahal, wacana pembangunan kilang ini tidak pernah absen dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) pemerintah. Tapi sampai hari ini realisasi masih belum maksimal. Sejak RPJM setiap lima tahun siapapun presidennya ada rencana itu. Tapi realisasinya itu masih belum maksimal dan nol besar. Ini konteks masalah pertama,” ungkap Redi dalam webinar betajuk “Krisis Energi Mulai Melanda Dunia, Bagaimana Strategi RI?”, yang diselenggarakan Ikatan Alumni Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Minggu(10/10).

Permasalahan selanjutnya, menurut Redi, adalah pemanfaatan energi domestik yang masih rendah. Padahal, di dalam Undang-Undang (UU) Energi Ketenagalistrikan diatur bagaimana pemanfaatan energi setempat harus diprioritaskan.

“Regulasi menyebutkan bahwa pemanfaatan energi setempat itu harus diprioritaskan. Jadi ketika di daerah tertentu akses batubara terhadap gas itu terkendala, harusnya negara dalam konteks kebijakan energi nasional seusai UU Energi itu memanfaatkan energi setempat,” kata Redi. Masalah ketiga adalah akses dan infrastruktur yang masih terbatas. Problema keempat, yakni ketergantungan impor Bahan Bakar Minyak (BBM), dan kelima harga energi yang belum kompetitif serta subsidi energi tinggi.

Tak hanya itu, kata Redi, bauran energi juga masih didominasi oleh energi fosil termasuk batu bara. Sementara, pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) masih rendah.

“Negara kita kesadaran masyarakat masih rendah, boros energi masih tinggi dan ini sebenarnya bahaya dalam jangka panjang. Perilaku boros energi, kesadaran energi tidak baik ini mengancam kedaulatan energi kita,” kata Redi.(RA)