JAKARTA – PT RMK Energy Tbk (RMKE) membukukan pendapatan usaha sebesar Rp1,8 triliun, atau turun 3,4% akibat normalisasi harga yang menyebabkan penurunan yang signifikan pada segmen penjualan batubara. Namun, pendapatan usaha dari segmen jasa berhasil mengimbangi penurunan yang disebabkan normalisasi harga tersebut. Pendapatan usaha dari segmen penjualan batubara sebesar Rp1,2 triliun, atau turun sebesar 19,5%, sedangkan pendapatan usaha dari jasa tumbuh sebesar 59,1% menjadi Rp620,5 miliar pada sembilan bulan 2023.

Dengan mempertahankan pendapatan usaha, Perseroan berhasil meningkatkan margin laba kotor pada level 23,6%, atau meningkat 130bps dari 22,9% pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini dicapai karena beban COGS segmen penjualan batubara juga turun sebesar 12,3% sehingga segmen penjualan batubara masih membukukan kinerja positif dengan margin yang lebih kecil dibandingkan dengan tahun lalu. Segmen jasa dan penjualan batubara berkontribusi masing-masing sebesar 59,5% dan 40,5% ke total laba kotor Perseroan. Hingga periode September 2023, RMKE berhasil mempertahankan laba kotor yang sedikit turun 0,4%.

Sejalan dengan kinerja laba kotor, Perseroan juga berhasil mempertahankan margin laba bersih pada level 15,5% pada sembilan bulan 2023. Kinerja laba bersih ini ditopang oleh segmen jasa yang memiliki margin laba yang lebih besar dibandingkan dengan segmen penjualan batubara. Hal ini yang mendukung Perseroan mampu mempertahankan kinerja keuangan dengan kedua segmen yang masih membukukan kinerja positif di tengah kondisi yang kurang mendukung seperti normalisasi harga.

Margin laba segmen jasa yang kian tebal mendongkrak kinerja keuangan Perseroan hingga periode September 2023. Pertumbuhan segmen jasa ini ditopang oleh kenaikan volume bongkaran kereta dan muatan tongkang yang tumbuh signifikan masing-masing sebesar 9,7% YoY dan 14,5%. Jumlah bongkaran kereta dan muatan tongkang hingga September 2023 masing-masing telah mencapai 9,2 juta MT dan 6,2 juta MT. Peningkatan kinerja operasional dari segmen jasa batubara ini tidak terlepas dari on-time performance (OTP) bongkar kereta yang jauh lebih cepat 41 menit menjadi 3:25 jam per kereta dibandingkan waktu bongkar kereta pada periode yang sama tahun lalu 4:06 jam. Penggunaan bahan bakar meningkat sebesar 10,9% seiring dengan peningkatan volume angkutan batubara, namun rasio penggunaan bahan bakar per MT batubara tetap lebih efisien dari 0,91 liter/MT tahun lalu menjadi 0,88 liter/MT tahun ini atau lebih efisien sebesar 3,2% YoY pada sembilan bulan 2023.

Pendapatan dari segmen penjualan batubara cenderung flat di tengah normalisasi harga batubara yang terkoreksi sebesar 16,9% YoY hingga September 2023, namun kinerja segmen ini masih ditopang oleh pertumbuhan produksi tambang in-house PT Truba Bara Banyu Enim (TBBE). TBBE berhasil memproduksi 900,8K MT batubara, atau meningkat sebesar 11,3% YoY dan berkontribusi 53,76% ke total volume penjualan batubara. Selain didukung oleh pertumbuhan volume batubara in-house, Perseroan juga berupaya mengoptimalkan biaya operasional dengan beban pokok pendapatan penjualan batubara yang turun 12,3% YoY pada 9M 2023.

Pada akhir September 2023 total aset dan liabilitas Perseroan masing-masing sebesar Rp 2,0 triliun (+20,3%) dan Rp556,9 miliar (+18,4%). Seiring dengan kinerja positif, RMKE juga berhasil meningkatkan ekuitas sebesar 21,1% menjadi Rp1,5 triliun. Dengan posisi keuangan yang lebih sehat, RMKE mempertahankan rasio-rasio keuangan diatas ketentuan kredit dengan DER sebesar 0,38 kali. Kas dari aktivitas operasional juga tumbuh secara signifikan dengan pertumbuhan sebesar 147,2% YoY menjadi Rp162,2 miliar karena kontribusi segmen jasa yang lebih besar pada sembilan 2023.

Direktur Keuangan Perseroan, Vincent Saputra, menyampaikan kinerja Perseroan pada sembilan 2023 tahun ini masih menegaskan bahwa Perseroan merupakan Perusahaan yang kompeten di bidang jasa logistik batubara terintegrasi dengan margin laba yang berasal dari segmen jasa dan segmen penjualan batubara masing-masing sebesar 41,7% dan 14,4% hingga September 2023.

“Kami yakin tren ini akan terus berlanjut dengan kontribusi laba yang lebih besar dari segmen jasa batubara seperti kinerja Perseroan pada masa sebelum. Walaupun di tengah normalisasi harga batubara, Perseroan masih dapat mencetak kinerja operasional dan finansial yang terus bertumbuh dan secara rata-rata telah mencapai 64% target tahun 2023 pada YTD 9M 2023. Manajemen masih melihat prospek yang jauh lebih baik di kuartal terakhir tahun ini dengan cuaca yang lebih mendukung, kondisi geopolitik yang tidak pasti saat ini, musim dingin pada akhir tahun serta harga batubara yang cenderung stabil,” kata Vincent, saat paparan publik secara virtual, Kamis(2/11).

Pada kesempatan yang sama, Direktur Operasional Perseroan, William Saputra menyampaikan kinerja operasional Perseroan pada segmen jasa batubara masih tumbuh positif dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Walaupun target bongkaran kereta, muatan tongkang dan produksi batubara in-house masih belum optimal karena terdampak proses pemenuhan kewajiban sanksi administratif atas pencemaran lingkungan ke KLHK, namun Perseroan optimis dapat mengejar target 2023 pada sisa tahun berjalan karena saat ini Perseroan sedang proses finalisasi pemenuhan kewajiban sanksi administratif dan fokus membenahi dan mengendalikan pencemaran lingkungan.

“Seperti kita ketahui bersama, isu debu batubara ini menjadi atensi nasional juga. Kami sebagai entitas bisnis selalu berupaya proaktif terhadap isu-isu seputar lingkungan dan kesehatan. Ini menjadi concern kami dan tentunya masih ada kekurangan di berbagai sisi, sehingga, kami pun butuh sinergi serta dukungan dari KLHK dan berbagai pihak lainnya dalam mencapai perbaikan yang dapat menjaga keberlangsungan lingkungan hidup dan bisnis,” William.(RA)