TOKYO- Harga minyak mentah melonjak sementara mata uang Rusia, rubel, anjlok hampir 30% ke rekor terendah baru pada Senin (28/2) WIB pagi. Hal ini terjadi setelah negara-negara Barat memberlakukan sanksi baru terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina, termasuk memblokir beberapa bank dari sistem pembayaran internasional SWIFT.
Permintaan aman mendorong imbal hasil obligasi bersama dengan dolar dan yen lebih tinggi, sementara euro merosot setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menempatkan angkatan bersenjata nuklir dalam siaga tinggi pada Minggu (27/2), hari keempat serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
Meningkatnya ketegangan mengangkat kekhawatiran bahwa pasokan minyak dari produsen terbesar kedua di dunia itu dapat terganggu, mengirim harga minyak mentah Brent berjangka melonjak US$4,21 atau 4,3% menjadi diperdagangkan di US$102,14 per barel.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melambung US$4,58 atau 5,0% menjadi diperdagangkan di US$96,17 per barel.
Saham berjangka AS dan Eropa merosot, tetapi saham Asia-Pasifik sebagian besar lebih tinggi dalam perdagangan yang fluktuatif, didukung oleh kenaikan Wall Street pada Jumat (25/2), ketika Indeks S&P 500 ditutup melonjak 2,51%, kata Kyle Rodda, seorang analis pasar di IG Australia.
“Kami memiliki banjir informasi yang sangat negatif selama akhir pekan,” kata Rodda. “Perasaan saya adalah tidak akan ada banyak kekuatan bertahan di balik langkah khusus ini (di saham Asia-Pasifik), mengingat kita sedang berbicara tentang risiko stabilitas keuangan, dan ancaman perang nuklir.”
“Volatilitas meningkat,” katanya. “Aksi harga sangat berombak.”
Saham berjangka emini AS mengarah ke penurunan 1,57% saat dimulai kembali, sementara EURO STOXX 50 berjangka pan-Eropa kehilangan 2,83%.
Indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,48%, pulih dari kerugian sebelumnya. Indeks acuan Australia bertambah 0,64% setelah juga turun pada satu titik. Namun, indeks saham unggulan China (CSI300) tergelincir 0,21%.
Indeks saham regional MSCI naik tipis 0,09%.
Sementara itu imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun turun sekitar 6 basis poin menjadi 1,92%, dan imbal hasil Australia yang setara juga turun sekitar 6 basis poin, menjadi 2,18%. (RA)
Komentar Terbaru