JAKARTA – PT Pertamina (Persero) sukses membukukan laba bersih sepanjang tahun lalu ditengah pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia dan dunia. Kinerja positif di sisi hilir menjadi pendongkrak utama pendapatan Pertamina, meskipun sempat merugi pada pertengahan 2020.

Emma Sri Martini, Direktur Keuangan Pertamina, mengungkapkan bisnis hulu masih dibawah target RKAP, tapi secara keseluruhan kinerja operasional dan keuangan Pertamina sepanjang tahun lalu masih positif yang didorong intervensi perusahaan di masing-masing subholding jelang akhir tahun.

“Alhamdulillah kami dengan berbagai upaya bisa menekan kerugian, bahkan bisa positif di akhir 2020 beberapa intervensi memang sudah kita lakukan supaya kita bukukan laba di akhir tahun,” kata Emma disela rapat dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (9/2).

Pertamina kata Emma pada tahun lalu masih bisa membukukan laba bersih US$1 miliar atau lebih dari Rp14 triliun. Raihan laba bersih itu bisa terwujud berkat berbagai inisiatif yang dilakukan manajemen.

“Pertama dari strategi efisiensi dari usaha, biaya operasional, BPP itu yang porsi terbesar sehingga kami bisa bukan hanya positif di bottom line juga prioritas dari capex investasi,” ungkap dia.

Pada 2020,  target investasi Pertamina US$6,4 miliar sebenarnya tidak tercapai dan hanya terealisasi US$4,7 miliar.

“Semula US$6,4 miliar, kami lakukan prioritas ulang dan ada beberapa yang tidak terealisasi karena pandemi Covid. Kalau kita lihat naturalnya semua perusahaan migas capex-nya sangat hati-hati,” kata Emma.

Salah satu pendorong kinerja perusahaan sepanjang tahun lalu menurut Emma adalah penjualan gasoline atau BBM yang positif.

“Terima kasih Pak MK (Mas’ud Khamid) karena melakukan marketing strategi yang optimal. Ini juga membantu kontribusi untuk peningkatan laba di akhir  2020, kemudian juga pengakuan marketing fee ini koordinasi dengan SKK Migas dan Kementerian ESDM dan Kementerian Keuangan sehingga bisa menambah revenue 2020,” ungkap Emma.

Dalam data unaudited, penjualan BBM Pertamina sepanjang tahun lalu mampu melebihi target RKAP 2020. Sepanjang tahun lalu penjualan BBM gasoline Pertamina mencapai 80,3 juta Kiloliter (KL) atau diatas target RKAP 2020 76,7 juta KL. Namun realisasi tahun lalu masih dibawah tahun 2019 yang penjualan gasoline mampu mencapai 88 juta KL.

Untuk penjualan BBM PSO realisasinya mencapai 22,87 juta KL dibawat target RKAP 2020 sebesar 23,12 juta KL dan jauh dibawah realisasi 2019 yang mampu mencapai 28,25 juta KL.

LPG PSO penjualannya juga mencapai target yakni mencapai 7,16 juta Metrik Ton (MT) atau 5% diatas target RKAP 6,81 juta MT dan diatas realisasi 2019 yakni 6,86 juta MT.

“Dari sisi marketing terlihat peningkatan dari RKAP yang dicanangkan kurang lebih 5% ini yang juga mendukung kontribusi dari setoran revenue lebih besar dari posisi RKAP,” kata Emma.

Selain itu ada juga strategi dalam pembelian minyak mentah maupun BBM yang diolah di kilang. Dengan waktu yang tepat Pertamina bisa mendapatkan harga kompetitif di pasaran.

“Strategi time to buy juga dari tempatnya Pak Lete (subholding Refinery and Petrochemical) untuk optimalkan crude price di kuartal pertama. Dan kuartal kedua kami menggunakan strategi time to buy,” ujarnya.

Kemudian dari kilang Intake justru melebihi target RKAP dari posisi year to date, kemudian dari sisi yang yield valuable product nya membukukan efisiensi sehingga menghasilkan produk-produk yang valuable nya lebih tinggi.

Tahun lalu kilang Pertamina mampu menyerap 312 juta barel diatas target 290 juta barel dengan yield valuebale sebesar 78,34% diatas target 75,42%.

Dari sisi hulu atau bisnis upastream sepanjang tahun 2020 produksi dan lifting migas Pertamina mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2019 maupun target yang dicanangkan pada revisi Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2020.

Dalam data unaudited realisasi produksi migas tahun lalu sebesar 863 ribu setara minyak per hari (barrel oil equivalent per day/boepd) atau 3% dibawah target yang ditetapkan sebesar 894 ribu boepd dan dibawah realisasi 2019 sebesar 901 ribu boepd. Begitu juga dengan lifting migas realisasi dalam data unaudited hanya mencapai 704 ribu boepd sedikit jauh dibawah target RKAP yakni 730 ribu boepd serta realisasi 2019 sebesar 734 boepd. Sementara untuk tambaha cadangan P1 senesar 213 juta barel setara minyak (barrel oil equivalent/BOE) atau 48% diatas target 144 juta BOE.

“Sisi lifting meleset 4% kurang lebih Kemudian dari sisi P1 kurang lebih mengalami peningkatan dari sisi tambahan cadangan P1,” ungkap Emma.

Untuk pendistribusian gas tahun lalu mencapai 303 ribu BBTU diatas target 298 ribu BBTU dan transmisi gas volumenya 459 BSCF masih dibawah target RKAP yakni sebesar 471 BSCF.

Lalu panas bumi produksinya juga positif dan lebih baik dari RKAP yakni 4.618 GwH atau 14% diatas target sebesar 4.045 GwH.

“Kinerja operasional secara umum dapat mencapai target dan beberapa klaster mengalami perbaikan posisi untuk power dan energi terbarukan produksi panas bumi mengalami peningkatan dari sisi kapasitas gwh itu secara umum kinerja operasional dapat mencapai target di 2020,” kata Emma.(RI)