ABU DHABI – Presiden COP28 Sultan Al Jaber meminta industri minyak dan gas (Migas) untuk bersatu dalam target ambisius dekarbonisasi sebagai bagian dari Agenda Aksi Kepresidenan COP28 untuk mempercepat transisi energi dan menjaga agar 1,5C dapat tercapai.

Al Jaber menekankan industri untuk melangkah maju, menyelaraskan diri untuk mencapai target net zero sebelum atau pada tahun 2050, meniadakan emisi gas metana, dan meniadakan pembakaran gas suar rutin pada tahun 2030.
Ia menyambut baik kemajuan dan tindakan yang telah dilakukan oleh lebih dari 20 perusahaan minyak dan gas, termasuk perusahaan minyak internasional dan nasional (IOC dan NOC), yang telah secara positif menjawab seruan untuk mengambil langkah-langkah yang menantang namun tetap mungkin untuk dilakukan dalam rangka mengurangi emisi dari produksi energi.

“Ini membutuhkan waktu, usaha, dan kerja keras selama berbulan-bulan, negosiasi, dan kolaborasi. Kami berharap lebih banyak lagi yang akan bergabung dan mulai mengambil tindakan untuk semakin mendekarbonisasi secara lebih cepat. Saya mendorong semua orang untuk membuat komitmen ini di COP28, COP di mana saya menyerukan kepada semua orang untuk menetapkan ambisi tertinggi, lalu menindaklanjutinya dengan tindakan praktis dan memberikan hasil nyata,” kata Al Jaber, dalam keterangan tertulis, Selasa(3/10).

Al Jaber menyampaikan seruannya di acara Abu Dhabi International Petroleum Exhibition & Conference (ADIPEC) 2023, yang merupakan pertemuan industri energi terbesar dan paling inklusif. Acara ini dihadiri oleh HH Shiekh Mansour bin Zayed Al Nahyan, Wakil Presiden Uni Emirat Arab, bersama dengan 160.000 pekerja profesional dalam industri energi, 2.200 perusahaan yang ikut serta dalam pameran, serta 54 NOC, IOC, dan IEC.

Mengawali acara yang berlangsung dari tanggal 2-5 Oktober 2023 tersebut, Al Jaber mengatakan bahwa industri migas dapat dan harus membantu mendorong solusi. “Sudah terlalu lama, industri ini dipandang sebagai bagian dari masalah, tidak melakukan cukup banyak hal untuk mengatasi masalah, dan dalam beberapa kasus, bahkan menghalangi kemajuan. Ini adalah kesempatan kalian untuk menunjukkan kepada dunia bahwa, pada kenyataannya, kalian adalah bagian penting dari solusi,” katanya.

Memperhatikan skala tantangan iklim, Al Jaber menyatakan bahwa dunia harus mengurangi emisi setidaknya sebanyak 43% selama 7 tahun ke depan untuk menjaga agar 1,5C tetap dapat tercapai. Hal tersebut adalah tujuan utama yang merupakan bentuk penghormatan terhadap ilmu pengetahuan. “Kita harus melakukan hal ini sambil memastikan kesejahteraan manusia dengan memenuhi kebutuhan energi dari populasi planet yang terus bertambah,” ujarnya.

Al Jaber menyoroti tiga bidang utama yang menjadi prioritas, yakni membatasi emisi dari produksi energi, meningkatkan energi terbarukan, dan dekarbonisasi sektor-sektor penghasil emisi yang sulit dikurangi, seperti semen baja, aluminium, dan transportasi berat.

“Menghilangkan kebocoran metana dan pembakaran gas suar adalah cara tercepat untuk memberikan dampak terbesar pada emisi operasional dalam jangka pendek,” kata Al Jaber.

Ia juga mencatat peran penting yang dimiliki industri minyak dan gas dalam meningkatkan energi terbarukan. Selain itu, menyoroti pula bagaimana energi terbarukan merupakan peluang bagi industri migas untuk melakukan diversifikasi dan membuktikan model bisnisnya di masa depan.

Mengakui bahwa intermitensi berarti energi terbarukan bukanlah solusi yang layak untuk industri penghasil emisi berat, Al Jaber menekankan perlunya menemukan solusi rendah karbon untuk mendekarbonisasi sektor-sektor penghasil emisi yang sulit dikurangi, seperti baja, semen, aluminium, dan transportasi berat.

“Kami tahu bahwa solusi itu ada, dan semua industri mampu dan harus merespons. Tetapi mereka tidak dapat bertindak sendiri. Pemerintah harus proaktif dalam menetapkan sinyal permintaan yang tepat dan menangani isu-isu penting seperti perizinan,” ujar Al Jaber.

Lebih lanjut Al Jaber menyatakan perlunya mengatasi rintangan untuk meningkatkan dan mengkomersialkan teknologi penangkapan hidrogen dan karbon.

Berbicara tentang niatnya untuk mendukung segala sesuatu di COP28 dengan inklusivitas penuh, Al Jaber mengatakan bahwa semua pihak harus dilibatkan dan berada di sekitar meja untuk menghasilkan kemajuan transformasional yang dibutuhkan, terutama industri energi. Tidak ada industri lain yang memiliki kemampuan yang sama dalam mengelola kompleksitas, kedalaman pengetahuan, bakat teknik, teknologi, modal, dan skala yang dibutuhkan untuk tugas yang ada.

Al Jaber juga menguraikan visinya untuk menata ulang hubungan antara produsen dan negara serta sektor yang paling banyak mengonsumsi karbon. “Sejak bulan Maret, saya telah mengumpulkan sektor-sektor penghasil emisi besar bersama dengan industri energi, pemerintah, masyarakat sipil, LSM, ilmuwan, ahli teknologi, dan komunitas keuangan untuk mempercepat dekarbonisasi,” ujarnya.

Al Jaber menekankan perlunya menciptakan masa depan yang pro-iklim dan pro-pertumbuhan. “Ini adalah kesempatan bersejarah untuk pertumbuhan dan inovasi. Faktanya, ini merupakan peluang ekonomi terbesar sejak revolusi industri pertama. Inilah saatnya untuk mengubah retorika menjadi hasil, ambisi menjadi tindakan, dan percontohan menjadi proyek yang terukur. Inilah saatnya untuk bersatu, saatnya untuk bertindak dan mewujudkannya,” kata Al Jaber.

Pidato Al Jaber disampaikan sehari setelah menjadi tuan rumah “Changemakers Majlis”, sebuah pertemuan tingkat CEO dengan perwakilan dari sektor energi, semen, transportasi berat, baja, dan aluminium untuk mengembangkan dan mendorong solusi yang dapat ditindaklanjuti untuk transisi energi. Kolaborasi difokuskan pada komersialisasi rantai nilai hidrogen, meningkatkan teknologi pembatasan karbon, menghilangkan metana dari energi, meningkatkan energi terbarukan dalam jaringan listrik, hingga bahan bakar nabati sebagai pendukung dekarbonisasi.

Seruan Presiden COP28 untuk mengimplementasikan rencana transisi energi yang komprehensif merupakan bagian dari Agenda Aksi Kepresidenan COP28 yang didasarkan pada empat pilar utama. Pilar-pilar tersebut meliputi percepatan transisi energi yang adil dan teratur, perbaikan pendanaan iklim, fokus pada manusia, kehidupan dan mata pencaharian, serta mendasari segala sesuatu dengan inklusivitas penuh.(RA)