PURWAKARTA – Indonesia segera miliki Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung pertama. Selain itu, PLTS terapung yang dibangun di diatas waduk Cirata ini juga akan menjadi PLTS terapung terbesar di wilayah Asia Tenggara.

PLTS Terapung Cirata akhirnya mulai dibangun oleh PT Pembangkit Jawa Bali (PJB), anak usaha dari PT PLN (Persero) yang bekerja sama dengan Masdar, perusahaan energi terintegrasi asal Uni Emirat Arab (UEA).

Ikhsan Asaad, Direktur Mega Project PLN, mengatakan pembangunan PLTS Terapung sejalan dengan target pemerintah untuk meningkatkan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional menjadi 23% pada 2025. PLN telah menetapkan transformasi energi dalam kegiatan operasionalnya untuk ikut mendukung target tersebut. Pembangkit dengan kapasitas 145 Megawatt (MW) itu nantinya akan menambah sistem kelistrikan Jawa Bali.

“Ini akan menjadi PLTS terapung terbesar di Asia. Proyek ini kami harapkan tidak hanya berkontribusi pada peningkatan porsi EBT dalam bauran energi juga bisa menambah keandalan sistem kelistrikan Jawa Bali,” kata Ikhsan dalam acara Water Breaking PLTS Cirata, Kamis (17/12).

Dengan menggunakan sistem tender atau lelang, harga listrik yang ditawarkan Masdar dalam proyek kali ini terbilang cukup rendah, yakni US$5,8 sen per kWh. Nilai investasi dari proyek PLTS Terapung pertama di Indonesia itu juga bisa ditekan dari semula senilai US$300 juta menjadi sekitar US$129 juta, dengan porsi kepemilikan perusahaan patungan 51% untuk kepemilikan PJB dan sisanya dikuasai Masdar.

Proyek PLTS Terapung Cirata rencananya akan dikerjakan hingga 2022. Kapasitas 145 MW sebenarnya sudah direvisi dari rencana awal sebesar 200 MW. Jika pemenang sudah ditetapkan maka pekerjaan konstruksi ditargetkan selesai dalam dua tahun. Untuk tahap I akan dibangun fasilitas dengan kapasitas sebesar 50 MW. Sisanya akan dilakukan pada tahap II. Untuk tahap I ditargetkan bisa selesai pada 2021.

Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, mengatakan proyek PLTS Terapung ini bagian dari upaya mengoptimasikan potensi energi surya di Indonesia yang tercatat mencapai 207 Giga Watt (GW). Saat ini pemanfaatan di surya baru mencapai 150 MW. Untuk itu Kementerian ESDM terus berupaya mendorong pemanfaatan energi surya secara optimal dengan melibatkan seluruh stakeholder.

Menurut Dadan, hingga saat ini Kementerian ESDM telah memetakan target pemanfaatan surya hingga tahun 2024 dari beberapa klaster potensi antara lain melalui perencanaan yang tertuang dalam RUPTL,  pengembangan di sektor penerbangan, sektor wisata, sektor perikanan, PLTS Atap, PLTS Terapung dan sektor lainnya dengan total kapasitas mencapai 2,1 GW.  “Ini tentu juga jadi peluang bagi UEA untuk kembali ikut mengembangkan,” ungkap Dadan.

Mohamed Jameel Al Ramah, Masdar Chief Executive Officer, menuturkan UEA berkomitmen untuk bisa mendorong terciptanya energi bersih  dan kerjasama ini diharapkan juga bisa mendorong Indonesia untuk mencapai target bauran energi.

“PLTS Cirata benar-benar proyek revolusioner proyek pertama di Indonesia juga akan menjadi pembangkit tenaga surya terbesar di Indonesia dan akan beroperasi penuh sebagai salah satu pembangkit terbesar di Asia Tenggara,” ujar Jameel.

Ia juga mengatakan kerja sama antara Masdar dan pemerintah Indonesia tidak berhenti sampai PLTS Terapung, karena Indonesia masih mempunyai potensi 60 lokasi pembangunan PLTS. Ini bisa menjadi potensi kerja sama berkelanjutan antara Masdar dan Indonesia.

“Indonesia sendiri telah mengidentifikasi setidaknya 60 lokasi potensial untuk dan tentu saja, kami berkomitmen untuk mendukung masa depan pengembangan proyek-proyek tersebut. Serta terus membantu Indonesia mencapai tujuan energi bersihnya,” kata Jameel.(RI)