JAKARTA – Manajemen PT PLN (Persero) meminta PT Pertamina (Persero) melalui perusahaan afilisasinya, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) untuk bisa mengelola dua pembangkit listrik di Blok Rokan. Dua pembangkit tersebut setelah alih kelola Blok Rokan akan diserahkan pengelolaannya dari PT Chevron Pacific Indonesia ke pihak ketiga oleh Pertamina.

Bob Saril, Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN, mengungkapkan ada tiga pembangkit listrik di Blok Rokan, namun pembangkit utama adalah Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) North Duri Cogen (NDC) berkapasitas 300 Megawatt (MW). Sisanya dipasok dari dua pembangkit lainnya yakni PLTG Minas dan Central Duri dengan kapasitas 130 MW.

PLN berencana akuisisi PT Mandau Cipta Tenaga Nusantara (MCTN) yang mengelola PLTG NDC karena pembangkit itu menjadi penopang utama kebutuhan listrik dan uap Blok Rokan. Dua pembangkit lainnya akan dikelola oleh pihak ketiga yang ditunjuk PHR. Ini yang akan dibahas dengan PHR agar setelah masa transisi pengelolaan pasokan listrik kedua pembangkit tersebut bisa diserahkan dan dikelola oleh PLN.

“Dalam satu tahun ini kami ambil alih MCTN, tapi untuk PLTG Minas dan Central Duri dikelola PHR melalui pihak ketiganya. Kami yakinkan setelah satu tahun masa transisi ini setelah akuisisi PLTG NDC kedepannya kami harapkan PLTG Minas dan Central Duri masuk ke koneksi PLN,” kata Bob dalam diskusi virtual, Selasa (22/6).

Bob mengakui kedua pembangkit tersebut sudah tidak lagi berumur muda. Untuk itu PLN telah memiliki rencana untuk melakukan revitalisasi terhadap pembangkit agar keandalannya terjaga jika nanti masuk ke sistem koneksi PLN. Diharapkan dengan kebutuhan listrik mencapai 400 MW blok Rokan kedua pembangkit bisa berkontribusi maksimal nantinya melalui jaringan PLN.

“Ini umumrnya sudah terlalu lama sekitar tahun 70an Kalau masuk masuk ke sistem kita, kita akan perbaharui. Keandalan tentu kita pertahankan MCTN lebih baik lagi, kemudian setelah satu tahun memperbaiki revitalisasi PLTG Migas dan cnetral duri sehingga 400MW ini bisa dikelola PLN,” ungkap Bob.

Danang Saleh, Support Project Leader PHR, mengatakan operasi Blok Rokan membutuhkan pasokan mencapai 400 MW dan uap 335 ribu BSPD. Sekitar 270 MW atau 60-70% pasokan listriknya selama ini berasal dari PLTG NDC. Selain itu pasokan uap 70 ribu BSPD atau 70-80% dari kebutuhan total juga berasal dari sana. Kelanjutan pasokan ini sangat menentukan produksi minyak Blok Rokan.

“Kami sekarang dengan PSC (production sharing contract/PSC) gross split, jadi kami dituntut sangat-sangat efisien, termasuk dalam penyediaan listrik, uap, dan gas,” kata Danang.(RI)