JAKARTA – PT PLN (Persero) membuka peluang untuk menerbitkan global bond pada 2019 untuk membiayai pembangunan berbagai fasilitas ketenagalistrikan. Sarwono Sudarto, Direktur Keuangan PLN, mengatakan opsi global bond terus terbuka seiring dengan tingginya kebutuhan biaya PLN dalam menyediakan pembangunan.

“Betul (masih opsi), kita lihat nanti, kan banyak butuh uangnya. Buat meningkatkan investasi dong,” kata Sarwono di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Kamis malam (10/1).

Menurut Sarwono, global bond tidak akan menjadi opsi tunggal. PLN memiliki beberapa opsi atau pilihan pembiayaan seperti local bond maupun sekuritisasi. “Dari dulu saya janji pilihan kami itu banyak, tidak hanya global bond saja, ada local bond juga. Kami bisa pilih pinjaman, sekuritisasi, nanti pilih mana yang paling bagus, murah, waktu tepat, kemudian jumlah yang tepat, harga yang tepat,” ungkapnya.

Pada tahun lalu, perusahaan pemain utama penyalur tenaga listrik di Indonesia itu telah menerbitkan global bond senilai US$2 miliar. Obligasi tersebut diterbitkan dalam dua tenor, sebesar US$1 miliar dengan teror 10 tahun dan US$1 miliar dengan tenor 30 tahun. Serta tingkat bunga masing-masing sebesar 5,45% dan 6,15%. Saat itu global bond mengalami oversubscribe sekitar 3,65 kali.

Tujuan penerbitan global bond adalah untuk proses liability management dan sekaligus debt reprofiling. Dana hasil penerbitan obligasi sebesar US$1 miliar digunakan untuk membeli kembali (buy back) atau melunasi secara dini beberapa global bond PLN yang jatuh tempo (penerbitan 2007 dan 2009 yang akan jatuh tempo pada Agustus 2019, Januari 2020 dan Juni 2037).

Kebutuhan investasi PLN memang besar. Sarwono menjelaskan pada tahun ini kebutuhannya bisa sampai Rp90 triliun. “Sekitar Rp 80-90 triliun lah. tapi nanti tergantung kebutuhan-kebutuhan di lapangan juga,” kata dia.

Di sisi lain kondisi keuangan juga tidak terlalu fleksibel lantaran pemasukan yang tentu berkurang akibat tidak adanya penyesuaian tarif listrik yang sudah ditetapkan pemerintah hingga akhir 2019. Padahal disisi lain, harga bahan baku tengah bergejolak selain batu bara yang dikombinasikan dengan kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Menurut Sarwono, selain mencari pembiayaan, PLN juga bertekad meningkatkan efisiensi di semua lini pada tahun ini, termasuk selektif dalam mengaktifkan pembangkit. “Tingkatkan efisiensi operasionalnya, kemudian kita mengangkut-mengangkut pembangkit-pembangkit yang lebih murah, transmisinya yang dekat,” tandas Sarwono.(RI)