JAKARTA – PT PGN Tbk menyatakan akselerasi penggunaan gas bumi bisa terealisasi dengan adanya dukungan dari pemerintah. Saat ini Indonesia kekurangan infrastruktur untuk menyalurkan gas melalui pipa, sehingga jalan satu-satunya adalah dengan memanfaatkan kapal atau LNG.

Arief Setiawan Handoko, Direktur Utama PGN, menyatakan penyaluran gas yang diangkut dengan kapal dan melalui tahap regasifikasi tentu membuat adanya tambahan biaya. Di situ lah negara memegang peranan penting memastikan harga gas tetap terjangkau bagi para konsumen akhir.

Potensi serapan LNG untuk domestik sendiri diperkirakan sangat mungkin terjadi pada tahun 2027-2028 saat kontrak – kontrak pembelian LNG dari luar negeri telah habis.

PGN kata Arief bisa memandanh momentum itu dengan menjadi penyalur LNG untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, namun tentu dengan dukungan pemerintah dari sisk harga.

“Kita harus serap semuanya, uncommitted tuh, nggak di 2030 kali mungkin ada. Mungkin 2027, 2028 rasanya sudah ada yang tidak terkontrak. Nah, itu kita berharap PGN dapatlah harga khusus gitu,” kata Arief di Jakarta, Selasa (19/12).

Menurut Arief harga khusus tersebut bukanlah untuk PGN. Namun untuk para konsumen akhir. “Kenapa kita harga khusus? Kita kan nggak mau juga naikin harga gas ke industri kan, atau ke smelter. Tadi yang tiga trilema itu. Mau nggak mau, kita kan harus jaga energi reliability yang green, yang juga bisa dicapai atau willingness to pay dari industri ini bisa kita dapat. Kita nggak mau naikin harga,” jelas Arief.

Salah satu konsumen gas potensial yang akan banyak tumbuh di masa yang akan datang adalah industri smelter. PGN berharap segera mendapatkan alokasi gas sehingga bisa langsung dapatkan kepastian kontrak jual beli gas. “Cuma satu aja (yang dibutuhkan PGN), alokasi gas kita dapat dari domestik,” ujar Arief.