JAKARTA – PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Patra Niaga (PPN) Subholding Commercial and Trading Pertamina bakal meluncurkan produk BBM baru yang dicampur dengan etanol. Namun hingga kini manajemen belum memberikan petunjuk secara detail mengenai produk BBM yang dicampur dengan bahan bakar nabati tersebut.

Informasi yang diterima Dunia Energi, manajemen Pertamina saat ini tengah melobi pemerintah untuk memberikan keringanan fiskal agar harga BBM terbaru nanti biayanya tidak terlalu tinggi dan masih bisa dijangkau masyarakat.

Selain itu sumber Dunia Energi juga membeberkan bahwa nantinya BBM terbaru Pertamina tersebut akan memiliki oktan number atau RON 95, diatas BBM Pertamax yang memiliki RON 92. Masih menurut sumber tersebut, nantinya BBM Pertamax bakal dicampur dengan etanol sebanyak 5%, sehingga RON-nya akan meningkat menjadi 95.  Untuk diketahui saat ini satu jenis BBM yang memiliki RON diatas Pertamax adalah Pertamax Turbo dengan RON 98.

Irto Ginting, Sekretaris Perusahaan PPN, saat dikonfirmasi tidak menampik bahwa BBM terbaru yang dicampur etanol nanti bakal memiliki RON 95. “Rencananya demikian, hasilnya akan jadi RON 95,” kata Irto kepada Dunia Energi, Rabu (21/6).

Sayangnya dia belum mau menjelaskan bentuk insentif seperti yang diminta oleh Pertamina kepada pemerintah.

Harga BBM jenis Pertamax saat ini tercatat bervariasi tergantung pengenaan pajak di setiap daerah tapi secara umum harganya antara Rp12.400 hingga Rp13.100 per liter.

Sementara itu, Dadan Kusdiana, Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) mengungkapkan bahwa harga Bioetanol nantinya memang rencananya tidak akan terlalu jauh dari harga Pertamax. “Pertamax sekarang berapa?. ya sekitar begitu juga untuk bioetanol,” ujarnya.

Sekarang ini Pertamina masih terus mematangkan rencana peluncuran produk terbaru BBM ini untuk bisa mendapatkan formula ideal sehingga tidak berdampak secara signifikan terhadap harga jual ke masyarakat. Karena produk terbaru nanti tidak akan mendapatkan subsidi dari pemerintah.

“Kita juga dengan Pertamina masih desain mau dicampur ke bagian yang mana, supaya per sekarang tidak ada subsidi dari pemerintah jadi harus masuk ke wilayah yang memang secara harga tidak membuthkan support subsidi atau insentif,” jelas Dadan. (RI)