JAKARTA – PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Hulu Energi yang juga Subholding Upstream Pertamina, mulai melakukan pergerakan untuk melakukan aksi korporasi di luar negeri. Taufik Aditiyawarman, Direktur Pengembangan dan Produksi Subholding Upstream Pertamina, mengatakan manajemen memiliki strategi untuk menggenjot produksi melalui akuisisi blok migas di luar negeri. Hal itu dulakukan guna mengejar produksi migas perusahaan menjadi satu juta bph minyak dan 4.000 MMscfd gas pada 2024.

“Berangkat dari hal itu, yang menjadi harapan ke depan adalah akuisisi. Akuisisi yang saat ini, kami sudah ikut bidding,” kata Taufik saat konferensi pers virtual, Jumat (30/7).

Taufik belum mau beberkan lelang penawaran blok mana yang diikuti perusahaan. Akuisisi menjadi semacam jalan tercepat untuk mengejar target produksi. Pasalnya jika dilihat realisasi hingga semester I 2021, masih terdapat selisih produksi minyak 600 ribu bph dan gas 1.400 MMscfd yang harus dikejar Pertamina.

Akuisisi aset di luar negeri menjadi keniscayaan yang harus diwujudkan Pertamina. Karena jika mau mengejar target, namun hanya mengandalkan temuan cadangan migas raksasa (giant discovery) di Indonesia, belum bisa dipastikan kepan cadangan tersebut akan ditemukan. Temuan giant discovery terakhir yang ada di dalam negeri yakni Blok Cepu pada 2001, sementara untuk temuan gas yakni blok yang menyuplai Kilang LNG Tangguh pada era 1990.

Namun demikian Pertamina tidak akan sembarangan dalam menetapkan aset yang akan diakuisisi. Manajemen sudah menetapkan koridor jelas sebagai syarat aset yang diakuisisi yakni mempertimbangkan tingkat reserve to production (R to P) dari blok migas tersebut, sehingga bisa menaikkan R to P perusahaan dari saat ini di level 7 menjadi 10.

“Kriteria seperti apa, yang masih memiliki cadangan besar, R to P besar, dan volume produksi besar,” ungkap Taufik.

Dwi Anggoro Ismukurnianto, Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sebelumnya mengatakan keterlibatan perusahaan mgias nasional maupun swasta sangat krusial dalam rangka mengejar target produksi minyak nasional satu juta bph pada 2030, Pemerintah berjanji akan memfasilitasi akuisisi melalui jalur kerja sama bilateral, dimulai dengan G to G (government to government).

Saat ini, Pertamina tercatat memiliki sejumlah blok migas di 12 negara yang dikelola oleh anak usahanya Pertamina International EP (PIEP). Beberapa blok migas tersebut berada di Aljazair,yakni di Blok Menzel Lejmet North (MLN), El Merk (EMK), dan Ourhoud (OHD). Di Irak, perseroan memegang saham di Lapangan West Qurna 1. Sementara di Malaysia, perseroan memegang kepemilikan saham di Blok K, Blok Kikeh, Blok SNP, Blok SK309 dan Blok SK311.

Selanjutnya, pasca akuisisi perusahaan migas Perancis, Maurel&Prom, perseroan memiliki aset migas yang tersebar di Gabon, Nigeria, Tanzania, Namibia, Kolombia, Kanada, Myanmar, Italia, dan negara lainnya. Namun, aset utamanya yang telah berproduksi yakni di Gabon, Nigeria, dan Tanzania.(RI)