LUWUK– Pertamina EP Asset 4, unit bisnis PT Pertamina EP yang melakukan pengawasan dan koordinasi lima lapangan di empat provinsi di Tanah Air, memproyeksikan tahun ini produksi gas mencapai 162,22 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), naik dari realisasi 2019 sebesar 160 MMSCFD. Dari total target tersebut, hampir separuhnya atau sebesar 79,58 MMSCFD dikontribusikan dari Area Matindok yang dikelola oleh Pertamina EP Asset 4 Donggi-Matindok Field di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

“Produksi gas Pertamina EP Asset 4 juga berasal dari Cepu Field sebsar 67,37 MMSCFD, Sukowati Field 11,41 MMSCFD, Poleng Field 3,86 MMSCFD, dan Papua Field 0,71 MMSCFD,” ujar Agus Amperianto, General Manager Pertamina EP Asset 4 di Luwuk, Kabupaten Banggai, Selasa (25/2).

Untuk minyak, Pertamina EP tahun ini memproyeksikan produksi 16.100 barel per hari (BOPD), lebih tinggi dari realisasi 2019 sebesar 15.833 BOPD atau naik 10,6% dari produksi tahun sebelumnya sebesar 1.516 BOPD. Dari target produksi minyak tahun ini, Donggi Matindok Field ditargetkan menyumbang 600 BOPD.

Target produksi minyak terbesar di Asset 4, berturut-turut adalah lapangan Sukowati 9.240 BOPD, lapangan Poleng 2.879 BOPD, lapangan Cepu 2.213 BOPD, dan Papua 1.192 BOPD

Menurut Agus, kenaikan produksi minyak Pertamina EP Asset 4 pada 2019 didorong keberhasilan dalam mengelola lapangan unitisasi Sukowati dan eks-terminasi TAC Linda Sele di Papua. Field Sukowati dan Field Papua berhasil meningkatkan produksi masing-masing sebesar 22% dan 11%.

Adapun realisasi produksi 2019 adalah 98% untuk minyak dan 102% untuk gas dari target yang ditetapkan dalam rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP).

Chalid Said Salim, Direktur Operasi Pertamina EP, mengakui bahwa lapangan Donggi dan Matindok menjadi salah satu tulang punggung penyumbang lima besar pendapatan bagi Pertamina EP. Menurut dia, sepanjang 2019 Pertamina EP Asset 4 Donggi Matindok Field menyumbang laba bersih sekitar US$57 juta. “Pertamina EP mendapat sumbangan profit dari Donggi dan Matindok hampir Rp1 triliun,” kata Chalid di sela peresmian asrama pekerja Donggi Matindok Field di area Central Processing Plant Matindok di Banggai, Senin (24/2).

Selain gas, tambah Chalid, Area Matindok memproduksi kondensat yang dikirim ke kilang Cilacap di Jawa Tengah dan kilang Balongan di Indramayu, Jawa Barat.

Hanya saja Chalid Said Salim mengingatkan bahwa tantangan terbesar dalam produksi migas adalah menjaga penurunan (decline) produksi secara alami.

Dalam rencana kerja 2020, penurunan produksi yang ditoleransi maksimal 28% -29%. Di sisi lain, perseroan juga terus mengerjakan sumur-sumur pengembangan agar keandalan tingkat produksi bisa tetap terjaga.

Terkait dengan kegiatan produksi tersebut, Pertamina EP pada 2020 menganggarkan biaya operasi migas hingga US$1,2 miliar atau relatif sama dengan biaya operasi 2019. “Tahun lalu realisasi sekitar 1 miliar dolar AS,” kata Chalid. (DR)