NEW YORK- Harga minyak jatuh untuk hari kelima berturut-turut pada akhir perdagangan Kamis atau Jumat (28/2) pagi WIB, ke level terendah dalam lebih dari satu tahun. Hal ini dipicu laporan baru kasus Virus Corona di luar China memicu kekhawatiran investor bahwa wabah yang menyebar cepat dapat memperlambat ekonomi global.

Reuters melaporkan harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April, turun US$1,25 atau 2,3%, menjadi menetap di US$52,18 per barel. Brent mencapai terendah sesi di US$50,97 per barel, yang merupakan tingkat terendah sejak Desember 2018.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, merosot US$1,64 atau 3,4%, menjadi ditutup di US$47,09 per barel, merupakan level terendah sejak Januari 2019. WTI sempat diperdagangkan pada US$45,88 per barel pada titik terendahnya hari tersebut.

Awal pekan ini, untuk pertama kalinya sejak wabah meletus, jumlah infeksi Virus Corona baru yang dilaporkan di luar China melebihi kasus baru di China.

Pasar-pasar risiko lainnya juga merosot pada Kamis (27/2). S&P 500 mengalami kerugian satu hari terbesar sejak Agustus 2011 dan Dow Jones Industrial Average menandai penurunan poin satu hari terbesarnya karena investor melarikan diri ke aset yang aman seperti obligasi pemerintah dan emas. Kemerosotan dalam ekuitas global telah menghapus nilai lebih dari tiga triliun dolar AS minggu ini.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis (27/2) memperingatkan bahwa tidak ada negara yang boleh membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa negara tersebut akan terhindar dari virus karena pemerintah-pemerintah mulai dari Iran hingga Australia berlomba untuk menahan penyebaran epidemi.

“Minyak dalam terjun bebas karena besarnya upaya karantina global akan memberikan penghancuran permintaan parah untuk beberapa kuartal berikutnya,” kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York.

Sekitar satu juta kontrak berjangka minyak mentah AS berpindah tangan pada Kamis (27/2), hari tersibuk perdagangan sejak awal Januari. Harga acuan telah jatuh hampir 14 persen dalam lima hari terakhir perdagangan.

Perdagangan di pasar minyak menunjukkan investor memperkirakan periode kelebihan pasokan yang berkepanjangan, dengan penurunan permintaan karena virus telah menyebar ke ekonomi besar termasuk Korea Selatan, Jepang dan Italia.

Pasar minyak mentah mengamati obat penawar dalam bentuk pemotongan produksi tambahan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, yang dijadwalkan bertemu di Wina pada 5-6 Maret. Grup saat ini mengurangi pasokan sekitar 1,2 juta barel per hari untuk mendukung harga.

Consultants Facts Global Energy memperkirakan permintaan minyak akan tumbuh sebesar 60.000 barel per hari pada 2020, tingkat yang disebutnya “praktis nol,” karena wabah. (RA)