JAKARTA – Penguatan harga minyak berpotensi terus berlanjut pasca keluarnya data persediaan minyak mentah Amerika Serikat yang dirilis Badan Informasi Energi AS (EIA). Persediaan minyak mentah AS pekan lalu jatuh lebih besar dari yang diperkirakan ke level terendah sejak 2015. Disisi lain, pelemahan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama lainnya ikut mendukung kenaikan harga minyak.

“Dari aspek teknikal saja, minyak mentah WTI dapat kembali menguat menuju US$70 per barel, apabila bulls berhasil menaklukkan US$69,” ujar Lukman Otunuga, Research Analyst FXTM, Jumat (27/7).

Pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), harga minyak menguat setelah Arab Saudi menangguhkan pengiriman minyak melalui selat di Laut Merah menyusul serangan terhadap dua tanker minyak.

Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September naik 0,5% menjadi US$69,61 per barel di New York Mercantile Exchange.

Patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman September naik 0,8% menjadi US$74,54 per barel di London ICE Futures Exchange. Brent sempat menyentuh level tertinggi US$74,83 per barel, tertinggi sejak 16 Juli, seperti dikutip Antara dari Reuters.

Penguatan harga minyak juga ditopang meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Uni Eropa. Setelah bertemu dengan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker di Gedung Putih pada Rabu (25/7), Presiden AS Donald Trump setuju untuk menahan diri dari mengenakan tarif mobil, sementara Uni Eropa dan Amerika Serikat memulai pembicaraan tentang pemotongan hambatan perdagangan lainnya.

Brent naik dalam perdagangan pasca-penutupan pada Rabu (25/7) setelah Arab Saudi mengatakan “menghentikan sementara” pengiriman minyak melalui jalur pelayaran Laut Merah Bab al-Mandeb setelah serangan terhadap dua kapal tanker minyak besar oleh gerakan Houthi.

Setiap langkah untuk memblokir Bab al-Mandeb, yang berada di antara pantai Yaman dan Afrika di ujung selatan Laut Merah, akan menghentikan pengiriman minyak melalui Terusan Suez Mesir atau pipa minyak mentah SUMED yang menghubungkan Laut Merah dan Mediterania. EIA memperkirakan 4,8 juta barel per hari minyak mentah dan produk olahan mengalir melalui selat Bab al-Mandeb pada 2016 menuju Eropa, Amerika Serikat dan Asia.

Arab Saudi juga memiliki Petroline, juga dikenal sebagai East-West Pipeline, yang terutama mengangkut minyak mentah dari ladang-ladang di timur ke Yanbu untuk diekspor. Itu bisa mengimbangi kemacetan yang disebabkan oleh penutupan Bab al-Mandeb.(AT)