Jenderal Moeldoko.

Jenderal Moeldoko.

JAKARTA – Di penghujung masa jabatannya sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Moeldoko bergerak cepat menyapu tindak pencurian minyak mentah di Sumatera Selatan. Sekarang, dengan posisinya sebagai Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), diharapkan pemberantasan pencurian minyak tidak hanya dimotori AD, tetapi juga melibatkan Angkatan Laut dan Udara.

Manager Humas PT Pertamina EP, Agus Amperianto mengatakan, saat ini penyaluran minyak mentah melalui jalur pipa Tempino – Plaju, Sumatera Selatan, dalam situasi kondusif. “Minyak yang dialirkan bertahap akan mencapai 100%, menyusul terhentinya aktivitas illegal tapping (pencurian minyak dengan cara melubangi pipa, red) di jalur itu,” ungkap Agus di Jakarta, Kamis, 12 September 2013.

Agus mengakui, terhentinya aktivitas pencurian minyak di jalur Tempino – Plaju itu, berkat dukungan operasi pengamanan berbasis teritorial, yang dilakukan Pertamina bersama TNI AD. Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) kerjasama pembrantasan pencurian minyak mentah antara Pertamina EP dan TNI AD itu, telah ditandatangani pada 28 Agustus 2013 lalu.

Agus menceritakan, saat sedang mempersiapkan MoU kerjasama pengamanan secara teritorial di sepanjang jalur pipa Tempino – Plaju sepanjang 265 kilometer (Km) itu, Jenderal Moeldoko masih menjabat KSAD. Saat itu, perwira bintang empat ini mengeluarkan sejumlah instruksi kepada jajarannya bahwa yang pertama, ditegaskan dalam satuan TNI AD berkomitmen tidak ada oknum yang menjadi backing (melindungi, red) mafia pencurian minyak.

Kedua, Moeldoko sebagai KSAD mencanangkan patroli intensif hingga penyergapan dan penangkapan para pelaku pencurian minyak berikut penadahnya, termasuk menerjunkan “Pasukan Riders” TNI AD di jalur-jalur rawan, salah satunya di Kilometer (KM) 190 jalur pipa Tempino – Plaju. “Penyergapan hingga penggagalan minyak curian keluar dari Sumatera Selatan berlangsung saat itu,” kisah Agus.

Selanjutnya, pada 28 Agustus 2013, MoU antara Pertamina EP dan TNI AD pun diteken. Kerjasama ini bukan berarti meninggalkan polisi yang mendapat tugas utama menjaga Kantibmas (Keamanan dan Ketertiban Masyarakat). Pada 30 Juli 2013 sebenarnya sudah ditandatangani kesepakatan perjanjian pemberantasan pencurian minyak, yang akan dievaluasi setiap dua bulan.

“TNI AD digandeng, karena kesatuan inilah yang memegang “teritorial” hingga Babinsa (Badan Pembinaan Masyarakat Desa) di pelosok-pelosok daerah. Pada 28 Agustus itu pun, Moeldoko yang masih menjabat KSAD, menyatakan perang pada mafia minyak dan penampung minyak curian. Tindakan penyergapan dan penangkapan, diikuti penggalakan program CSR (Corporate Social Responsibility) atau tanggung jawab sosial perusahaan di sepanjang jalur pipa Tempino – Plaju,” papar Agus.

Moeldoko kemudian dilantik sebagai Panglima TNI pada Jumat, 30 Agustus 2013 di Istana Negara, Jakarta. Agus mengaku, pihaknya berharap setelah Moeldoko menjabat Panglima TNI, upaya pemberantasan pencurian minyak mentah bisa diteruskan secara lebih terkonsolidasi melibatkan semua angkatan di jajaran TNI, baik Darat, Laut, maupun Udara.

“Kami juga berharap TNI bisa terlibat dalam upaya pencegahan dan penindakan aktivitas pencurian minyak di hulu dan di hilir,” tukasnya. Pertamina EP, lanjut Agus, juga mengharapkan adanya pengawalan dan pengamanan terminal minyak Plaju oleh seluruh jajaran di TNI, melalui pendekatan teritorial sepanjang jalur pipa Tempino – Plaju.  

Pencurian minyak di Musi Banyuasin dengan kedok menimba minyak dari sumur tua.

Pencurian minyak di Musi Banyuasin dengan kedok menimba minyak dari sumur tua.

Putus Mata Rantai Pencurian

Agus menjelaskan, langkah pemberantasan pencurian minyak berbasis teritorial yang dilakukan Pertamina dan TNI AD, tidak hanya melalui penyergapan dan penangkapan. Aparat TNI AD bersama-sama Pertamina juga melakukan sosialisasi bahaya pencurian minyak, kerugian yang dialami negara dan masyarakat, juga penyuluhan agar masyarakat tidak mudah dimanfaatkan para mafia pencurian minyak, dan mau melaporkan ke pihak berwajib jika mengetahui adanya pencurian minyak.

Agus menambahkan, lewat kerjasama itu, Pertamina dan TNI AD juga menggalakkan program CSR dan lingkungan di sepanjang jalur pipa Tempino – Plaju. Untuk CSR, Pertamina memberikan bantuan modal usaha secara bergilir, sesuai dengan orientasi mata pencaharian warga setempat. Mulai dari pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan bidang-bidang usaha lainnya.

“Tujuannya untuk membuka alternatif mata pencaharian bagi warga sepanjang jalur pipa, sehingga mereka tidak lagi tergoda iming-iming para cukong mafia minyak, untuk melakukan illegal tapping demi mencari sesuap nasi. Karena sangat membahayakan diri mereka dan orang lain, serta lingkungan sekitarnya,” jelas Agus Amperianto.

Untuk program lingkungan, Pertamina bersama TNI AD menanam ribuan pohon, termasuk pohon yang bisa menghasilkan buah-buahan, di sepanjang jalur pipa Tempino – Plaju. Selain melestarikan lingkungan, pohon-pohon itu diharapkan juga dapat bermanfaat bagi perekonomian warga sekitar. “Penyuluhan, CSR, dan penanaman pohon ini merupakan bagian dari program teritorial, guna memutus mata rantai pencurian minyak,” lanjut Agus.

Salah satu kilang penyulingan minyak hasil curian yang digerebek di daerah Simpang Bayat, Musi Banyuasin.

Salah satu kilang penyulingan minyak hasil curian yang digerebek di daerah Simpang Bayat, Musi Banyuasin.

Berharap Naik ke Penyidikan

Ramadan 2013 lalu, merupakan masa paling suram bagi Pertamina EP. Tercatat, sepanjang bulan itu tindak pecurian minyak mentah di Sumatera Selatan khusus Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin mencapai puncaknya. Guna menghindari bahaya dan kerugian yang lebih besar, Pertamina pun menghentikan penyaluran minyak mentah dari Tempino ke Terminal Plaju.

Begitu MoU kerjasama pemberantasan pencurian minyak lewat program teritorial antara Pertamina dan TNI AD diteken pada 28 Agustus 2013, kata Agus, minyak mentah mulai dipompakan kembali ke pipa Tempino – Plaju. Seiring dengan itu, patroli dan penyergapan oleh Pasukan Riders TNI AD diintensifkan, kilang-kilang penyulikan minyak ilegal pun digerebek dan ditutup, termasuk di daerah Simpang Bayat.

“Sejak 28 Agustus sampai saat ini, losses (kerugian, red) akibat illegal tapping tercatat nol. Operasi teritorial ini termasuk menangkap oknum aparat negara yang menjadi backing, penadah, dan distributornya. Jadi benar-benar kita putus mata rantainya,” tandas Agus.

Masih menurut Agus, para pelaku pencurian minyak, oknum yang menjadi backing, penadah, dan distributor yang tertangkap, kini masih ditahan di kepolisian. Barang buktinya pun diamankan di kantor Pertamina EP di Sumatera Selatan. “Namun terus terang sampai saat ini kami belum mendengar ada yang sudah diadili,” tukasnya.

Maka dari itu, Agus berharap operasi pemberantasan mafia pencurian minyak itu terus berlanjut, dan para pelakunya diadili serta dihukum guna memberikan efek jera. “Kami berharap tidak seperti waktu-waktu yang lalu. Pengungkapan mafia pencurian minyak stagnan di tingkat penyelidikan, namun ditingkatkan ke penyidikan, penetapan tersangka dan yang bersalah diadili,” pungkasnya.

(Abraham Lagaligo /abrahamlagaligo@gmail.com)          Â