JAKARTA – PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) melanjutkan pengembangan Lapangan KL yang ditandai dengan pemberangkatan anjungan dari Handil, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur menuju lepas pantai utara Jawa Barat. PHE ONWJ sebelumnya telah selesai melakukan tahapan fabrikasi anjungan KLD yang dilakukan oleh  kontraktor EPCI, PT Meindo Elang Indah di Handil-1 Fabrication Yard.

Dwi Soetjipto Kepala SKK Migas, mengatakan tahun ini sangat menantang yang disebabkan beberapa faktor. Pertama, harga minyak dunia yang rendah dan wabah Covid-19 sangat berdampak pada industri hulu migas. SKK Migas mengapresiasi PHE ONWJ  yang terus berkoordinasi untuk menyelesaikan proyek tersebut ditengah pembatasan mobilitas sebagai dampak Covid-19. Penyelesaian proyek diharapkan dapat dipercepat dari jadwal yang telah ditetapkan.

“Kami berharap capaian yang membanggakan ini dapat dikawal dengan baik agar memberikan dampak positif pada penambahan produksi migas. Serta dalam jangka panjang akan menopang upaya mencapai produksi satu juta barel pada 2030 untuk mewujudkan ketahanan energi nasional.” kata Dwi, Kamis (16/7).

PHE mengalokasikan biaya US$35,42 juta untuk proyek di Lapangan KLD dengan potensi cadangan mencapai 1.6 mmbc/30.7 BCF (6.9 MMBOE) yang diharapkan lebih cepat berproduksi dari rencana awal di kuartal I 2021. Nantinya dua sumur di  Lapangan KLD akan menyumbang tambahan migas sebesar  500 BOPD dan 15 MMSCFD,  Produksi dari Lapangan KLD akan digunakan seluruhnya untuk kepentingan dalam negeri sehingga menjadi pendorong roda perekonomian industri di sekitar wilayah kerja PHE ONWJ.

Budiman Parhusip, Direktur Utama PHE, subholding hulu Pertamina, menegaskan pandemi Covid-19 tidak menyurutkan kinerja dan performance PHE ONWJ. “Proses fabrikasi anjungan KLD yang tepat waktu  membuktikan kami berupaya maksimal untuk tetap on track sesuai dengan jadwal penyelesaian proyek,” kata Budiman.

Tim Project kata Budiman telah memberlakukan mekanisme Work From Home (WFH) untuk pekerja di kantor proyek dan meminimalkan jumlah pekerja di site untuk mengutamakan kesehatan. “Sedangkan Kontraktor  EPCI PT  Meindo Elang Indah selain  memberlakukan 50% WFH untuk pekerja di Jakarta,  juga  mempertahankan jumlah pekerja di site yang diperlukan untuk penyelesaian tahap pekerjaan ini,“ kata Budiman.

Dimulainya tahap fabrikasi (First Cut) di bulan September 2019, milestone pengembangan Lapangan KLD diharapkan memenuhi OTOBOSOR (on time, on budget, on scope dan on return) dan tentunya tetap mengedepankan aspek keselamatan, kesehatan dan lindung lingkungan dalam pelaksanaannya.

Budiman menuturkan bahwa pengelolaan lapangan tua adalah tantangan tersendiri karena untuk mengurangi natural decline tentunya membutuhkan strategi khusus. “Yang kami lakukan dengan Pengembangan lapangan KLD adalah langkah nyata PHE khususnya PHE ONWJ untuk mengejar target produksi,” ujar dia.

Cosmas Supriatna, GM PHE ONWJ, mengatakan perjalanan menuju lokasi pemasangan akan memakan waktu selama sekitar 10 hari, sehingga diperkirakan di bulan Agustus pemasangan Anjungan KLD yang terdiri atas pile, jacket, dan topside termasuk boat landing anjungan sudah dapat dilakukan. “Kami berharap pengembangan lapangan KLD sesuai dengan timeline” kata Cosmas.(RI)