JAKARTA – Pemerintah mengakui kesulitan untuk bisa membuat Indonesia sebagai pusat pembuatan baterai kendaraan listrik dunia. Salah satu penyebabnya adalah bahan baku utama baterai yakni lithium yang ternyata tidak tersedia di tanah air. Indonesia baru memiliki salah satu bahan utama lainnya yakni nikel.

Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) menyatakan bahwa untuk mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai “raja” baterai kendaraan listrik dunia bukan hal yang mudah. Oleh sebab itu, diperlukan kerja sama dan dukungan pihak lain. Menurut dia meskipun Indonesia kaya akan nikel, nampaknya hal ini belum mampu menjadikan Indonesia sebagai raja baterai kendaraan listrik dunia karena tidak tersedianya lithium yang notabene menjadi bahan utama pengembangan industri baterai EV. “Oleh sebab itu, diperlukan kolaborasi dengan pihak lain untuk mewujudkannya,” kata Luhut dalam keterangannya (15/2).

Salah satu pihak yang akan digandeng pemerintah adalah Australia. Sebagai negara penghasil lithium, Australia menyatakan dukungannya untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen baterai lithium dunia.

“Dalam momentum ini, saya juga mengajak beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor sumber daya mineral untuk bertemu dan menjajaki langsung potensi kerja sama dengan para pengusaha lithium di negeri kanguru,” ujar Luhut.

Indonesia kata Luhut mulai fokus melakukan transformasi ke industri bernilai tambah tinggi, seperti bidang transisi energi. “Salah satu wujudnya adalah industri kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB),” kata Luhut. (RI)