JAKARTA – Evaluasi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian atau smelter PT Freeport Indonesia baru mencapai 3,8%. Evaluasi kemajuan smelter yang dilakukan setiap enam bulan itu bukan hanya berbasis data, namun juga langsung dilakukan verifikasi di lapangan.

“Saya kira sudah sesuai (rencana kerja). Ya walaupun (progresnya) masih 3,8%,” kata Yunus Saefulhak, Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM di Kementerian ESDM Jakarta, Kamis (19/9).

Freeport Indonesia saat ini telah menjadi salah satu anggota holding BUMN tambang. PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum sebagai holding BUMN tambang tercatat menguasai 51,2% saham Freeport Indonesia. Sisanya, masih dikuasai Freeport-McMoRan Inc yang juga bertindak sebagai operator atau pengelola tambang Grasberg.

Verifikasi kemajuan smelter Freeport dilakukan pemerintah setiap enam bulan sekali dimulai sejak perusahaan mengantongi rekomendasi surat persetujuan ekspor (SPE).

Yunus mengungkapkan perkembangan pembangunan smelter sampai saat ini masih dalam tahap kesiapan lahan. Hal ini penting sebagai pondasi untuk masuk ke tahap konstruksi yang dijadwalkan pada tahun depan. “Saya sudah lihat tempatnya, lagi pematangan lahan. Sudah kelihatan banyak kegiatan. Lahan dibor untuk menghilangkan airnya karena di dalamnya ada lapisan lumpur, supaya dia tidak goyang dan stabil. Dan itu kegiatannya banyak sekali,” katanya.

Freeport telah mendapatkan SPE pada awal Maret lalu. Pemerintah menerapkan sanksi pencabutan izin ekspor jika hasil evaluasi tidak mencapai batas minimum 90% dari rencana kerja. Rekomendasi persetujuan ekspor memiliki masa berlaku selama satu tahun. Selama satu tahun itu dua kali evaluasi kemajuan smelter dan evaluasi kedua menjadi penentu nasib perpanjangan rekomendasi persetujuan ekspor konsentrat.

Freeport baru saja mendapatkan kuota ekpor konsentrat dari pemerintah setelah revisi Rencana Kerja Anggaran dan Biaya (RKAB) disetujui  Menteri ESDM. Dengan persetujuan itu Freeport mendapatkan tambahan kuota ekspor konsentrat mencapai sekitar 300 ribu ton. Penambahan kuota ekspor dimungkinkan lantaran Freeport memiliki tambahan produksi bijih tembaga (tembaga ore) dari tambang Grasbreg opening pit.

Freeport sebelumnya sudah mengantongi izin ekspor konsentrat dengan volume sebesar 198.282 ton. Kuota tersebut anjlok drastis dibanding kuota sebelumnya yang mencapai 1,25 juta ton. Hal tersebut merupakan dampak dari transisi perpindahan tambang open pit ke bawah tanah.(RI)