JAKARTA – PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi, dalam beberapa jam ke depan akan menjadi kontributor terbesar produksi minyak di Indonesia. Hal ini seiring beralihnya pengelolaan Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) ke PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) pada Senin, (9/8) dini hari.

Meidawati, mantan Direktur Utama Pertamina Hulu Energi (PHE) sebelum berubah menjadi Subholding Upstream Pertamina, menuturkan mengelola blok-blok eks terminasi bukan hal baru untuk Pertamina.

“Untuk teman-teman Pertamina, bukan hal baru kita mengelola blok eks terminasi dan kita sudah buktikan kita berhasil, selalu semanagat, berikan yang terbaik untuk Pertamina dan negara serta selalu berdoa,” kata Meidawati, kepada Dunia Energi, Minggu (8/8).

Lulusan Bimbingan Profesi Sarjana 1 (tahun 1989) Pertamina itu berharap seluruh elemen yang ada dalam pengelolaan Blok Rokan bisa bekerja sama dengan demi satu target peningkatan produksi. Termasuk kerja sama dari para pekerja eks CPI yang akan berganti baju menjadi bagian dari Pertamina.

“Jangan ada sekat-sekat lagi antara pekerja eks Chevron dan Pertamina. Karena hari ini sudah menjadi one Pertamina dimana semua kinerja untuk negeri ini,” ungkap Meidawati.

 

Meidawati  (saat menjabat dirut PHE) bersama kolega saat menerima Penghargaan  PROPER Emas untuk anak usaha PHE. (foto: dokumentasi PHE)

Menurut dia, walaupun Blok Rokan sudah berproduki 70 tahun dinilai masih dapat untuk memberikan kontribusi produksi terutama untuk mencapai target produski 1 juta barel per hari (BPH) pada 2030. Namun demikian Pertamina tidak bisa sendiri dukungan pemerintah termasuk pemerintah daerah juga cukup penting untuk mewujudkan target tersebut.

“Tentu hal ini perlu dukungan dari semua pihak, Pemerinta pusat, daerah apalagi blok Rokan dikelola dengan skema gross split dimana pemda Riau akan memiliki hak PI 10 persen seperti tertuang dalam Permen ESDM,” ujar  Sarjana Teknik Pertambangan dari Universitas Sriwijaya, Palembang ini.

Saat ini produksi Blok Rokan sekitar 160-an ribu BPH, padahal ladang migas ini digadang-gadang sebagai salah satu kontributor utama lifting minyak nasional selain Blok Cepu yang dikelola ExxonMobil Cepu Ltd, anak usaha ExxonMobil, di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Pertamina tentu akan punya pekerjaan berat dalam mengelola blok Rokan. Selain butuh dana besar penerapan teknologi juga jadu syarat utama jika mau mempertahankan produksi apalagi meningkatkannya.

Jaffee A Suardin, Direktur  Utama PHR, sebelumnya mengatakan PHR akan mengelola wilayah kerja Rokan dengan luasan sekitar 6,453 km2 dengan 10 lapangan utama yaitu Minas, Duri, Bangko, Bekasap, Balam South, Kotabatak, Petani, Pematang, Petapahan, Pager.

Untuk program pemboran, PHR akan melakukan pemboran sebanyak 84 sumur dan rencana program CPI yang akan dialihkanke PHR sebanyak 77 sumur, sehingga total 161 sumur selama Agustus-Desember 2021.

Demi mendukung kelancaran kegiatan pemboran tersebut, sebanyak 291 kontrak dilakukan proses mirroring dan telah selesai 100 persen. Selain itu sebanyak 60 kontrak baru untuk kebutuhan pre-EOC telah awarded dengan status progress 100 persen. (RI)