PAGI itu cuaca cerah. Matahari juga tidak malu-malu memamerkan sinarnya di komplek Stadion Gelora Bung Karno. Meski sinar matahari begitu terik, tidak ada keluhan dari Arief. Hanya senyum dan perasaan bahagia yang terus menyelimutinya. Pria berusia 49 tahun itu memang masih ingat betul suasana di pagi itu tepatnya di 18 Desember 2022. Kenangan pagi itu terpatri betul dalam hati dan pikirannya. Arief menyadari bahwa pagi itu dia menjadi bagian dari sejarah. Arief jadi generasi awal manusia di Indonesia yang menggunakan kendaraan listrik.

Bermodal informasi dari dunia maya, Arief tanpa ragu mendaftarkan motor BBM-nya untuk menjadi salah satu motor yang dikonversi menjadi bertenaga listrik yang digelar oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Pria bernama lengkap Muhamad Arief Setyawidodo sangat antusias saat mengetahui dia bisa mengkonversi motornya, maklum profesinya sebagai seorang engineer mungkin membuat Arief makin tergelitik untuk mencoba ha -hal baru yang berhubungan dengan teknologi masa depan.

Arief menceritakan sensasi mengendarai motor listrik konversi langsung dirasakan. “Kuda besi” yang selama ini ditungganginya memang sudah tua. Motor Supra X-125 keluaran Honda tahun 2006 itu sudah tertatih-tatih melaju. Tapi sejak akhir tahun lalu Si Kuda Besi seperti terlahir kembali, lebih bertenaga namun justru lebih efisien dan bonus nol emisi tanpa ragu melahap kerasnya jalanan ibu kota Jakarta.  Setelah tujuh bulan berlalu Arief makin mantap dan bersyukur dengan keputusannya dulu saat mengkonversi motornya.

Salah satu yang paling dirasakan oleh Arief saat motor BBM-nya menjadi motor listrik adalah biaya. Motor yang digunakan sebagai “kendaraan tempur” untuk bekerja, menurut Arief sudah makin termakan usia, tentu dengan kondisi motornya yang sudah tua dulu membuat ongkos bensin jadi salah satu komponen biaya yang terus membengkak. Apalagi sehari-hari Arief harus menempuh jarak sekitar 20 km dari kediamannya ke tempat kerja. “Kita konversi alasannya ekonomi. Motor sudah tua sama dengan BBM-nya boros,” cerita Arief kepada Dunia Energi, Sabtu (5/8).

Arief mengaku sama sekali tidak ada penyesalan mengkonversi motornya menjadi motor listrik. berbagai kemudahan kini dia dapatkan. Mulai dari pengeluaran BBM yang jauh berkurang, hingga untuk urusan administrasi perpajakan yang ternyata juga terjangkau. Selain itu, sebagai sosok yang malang melintang di jalanan ibu kota selama puluhan tahun, dia makin paham betul kondisi udara di Jakarta yang makin mengkhawatirkan. Dia merasa cukup berkontribusi dalam menjaga lingkungan dengan mengendarai motor listrik. “Paling dirasakan, mengurangi pengeluaran untuk BBM mengurangi polusi udara,” ujarnya.

Lebih lanjut Arief membeberkan jika menggunakan motor BBM dia harus menyiapkan dana paling sedikit Rp 300 ribu per bulan. Namun setelah menggunakan motor listrik dia tidak perlu lagi mengeluarkan biaya sebesar itu. “Paling nambah listrik sebulan Rp 100 ribu. Jadi Rp100 ribuan naiknya listrik setelah pakai motor listrik. Jelas lebih hemat ketimbang pakai motor BBM,” kata Arief.

Namun demikian dengan efisiensi yang didapat, Arief harus menerima konsekuensi. Tidak berat, dia menuturkan kini pola hidup atau kebiasannya sedikit berubah. Sekarang Arief jadi pribadi yang jauh lebih terencana. Karena sebelum mengendarai “kuda besinya” dia terlebih dulu harus memperkirakan berapa jarak yang akan ditempuh dengan daya baterai di motornya. “Jangan lupa habbit harus diubah. Habbit mengisi listrik di rumah untuk saat ini. Pergerakan kita harus diatur sebelum bergerak. Jadi ada movement planning, itu wajib ukur jarak,” cerita Arief.

Apa yang dirasakan oleh Arief diharapkan bisa juga dirasakan oleh jutaaan masyarakat Indonesia. Untuk itu pemerintah menginisasi dan mendorong program konversi motor listrik. Ketika jutaan masyarakat telah mengkonversi motor BBM-nya menjadi motor listrik maka manfaat nantinya tidak hanya dirasakan oleh si pemilik motor tapi juga orang lain serta negara.

Menurut Hitung-hitungan Kementerian ESDM, penghematan yang dirasakan masyarakat dari konversi motor rata-rata mencapai sekitar Rp2,7 juta per tahun. Sementara dari sisi pemerintah juga ada penghematan Rp37 miliar per tahun, itu asumsinya beralih dari BBM ke baterai yang butuh listrik untuk chargenya. Kemudian ada tambahan konsumsi listrik 15,2 Gwh per tahun ada peningkatan penjualan listrik, karena mengurangi konsumsi BBM tentu akan mengurangi Gas Rumah Kaca (GRK) sekitar 0,03 juta ton emisi.

Konversi motor BBM menjadi motor listrik sendiri sebenarnya bukan perkara sulit. Pemerintah telah memberikan pembinaan kepada bengkel-bengkel untuk melakukan konversi.

Drimawan, mekanik dari Cogindo salah satu penyedia jasa konversi motor listrik yang telah tersertifikasi pemerintah menceritakan bahwa proses konversi motor cukup mudah karena tinggal mengganti komponen mesin utama pada motor konvensional dengan dinamo sebagai penggerak. Selain itu ditambahkan juga baterai sebagai sumber tenaga dinamo nanti.

“Kapasitas baterainya 2 kw atau 2 ribu watt satu kali isi ulang full bisa untuk jarak 60 km,” kata Drimawan saat berbincang dengan Dunia Energi belum lama ini.

Cogindo sendiri kata Drimawan sudah melakukan uji coba daya tahan baterai motor konversi. Hasilnya menurut dia tidak mengecewakan, apalagi dengan kondisi jalanan jakarta dan daerah penyangga di sekitarnya. “Kita uji coba Jakarta – Tangerang itu dua kali isi ulang. Sekali isi ulang itu di rumah bisa lima jam sampai full baterainya,” ungkap Drimawan.

Menurut dia butuh waktu sekitar 2-3 minggu sampai motor selesai dikonversi begitu juga dengan pengurusan surat-surat yang bisa juga langsung diurus oleh bengkel konversi. “Kalau dari awal agak lama karena butuh modifikasi bagian-bagian rangkanya untuk memasang dinamo dan lain-lain, tapi rata-rata paling lama sekitar 2-3 minggu,” jelas Drimawan.

Proses konversi motor (Foto/Dok/Dunia Energi – Rio Indrawan)

Pelaksanaan konversi motor listrik sendiri merupakan amanat dari Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2020 yang bertujuan untuk mendukung perkembangan ekosistem Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) untuk mengurangi impor BBM, mendukung penurunan emisi gas rumah kaca serta emisi suara kendaraan.

Sejak Maret 2023 pemerintah meluncurkan insentif program konversi motor listrik. Tahun ini sendiri ditargetkan ada 50 ribu motor yang dikonversi menjadi motor listrik. Jumlah itu ditargetkan meningkat signifikan pada tahun 2024 yaitu sebanyak 150 ribu motor yang dikonversi. Insentif yang diberikan berupa subsidi biaya sebesar Rp7 juta per unit yang diharapkan bisa mendorong tercapainya target konversi motor listrik sebanyak 6 juta unit motor pada tahun 2030.

Sumber : Kementerian ESDM, Diolah : Dunia Energi

Kampanye besar-besaran dilakukan pemerintah untuk mendorong masyarakat mengkonversi motornya. Ini tidak lepas dari manfaat penggunaan kendaraan listrik terhadap perekonomian negara. Dalam kalkulasi Kementerian ESDM dan Kementerian Perhubungan populasi kendaraan roda dua di Indonesia sekitar 120 juta unit motor dengan tren pertumbuhan sekitar 5-6% per tahun. Jumlah sebanyak itu jika mengkonsumsi BBM sebanyak 1 liter saja maka sama dengan membakar 650 ribu barel minyak per hari.

Arifin Tasrif, Menteri ESDM, menjelaskan dengan jumlah minyak yang dibakar sebanyak maka jumlah minyak mentah maupun BBM yang diimpor tentu juga sangat besar. Belum lagi dengan emisi yang dihasilkan dari pembakaran ratusan juta motor.

Menurut Arifin, jika satu sepeda motor mengkonsumsi 1 liter BBM tiap hari, equivalen 650 crude oil per hari dengan harga minyak US$80 per barel. “Maka kita bakar 480 juta dolar per hari. Emisinya, menghasilkan 2,5 kg emisi. Jadi, kalau 120 juta, berarti berapa 300 juta kg emisi per hari,” jelas Arifin belum lama ini digelaran Konversi Sepeda Motor Listrik Perdana di Kementerian ESDM pekan lalu.

Program konversi motor listrik sendiri jadi salah satu andalan pemerintah untuk mengejar target Net Zero Emission (NZE) tahun 2060. Hal itu sangat dimungkinkan dengan jumlah populasi roda dua serta berbagai insentif yang akan disiapkan oleh pemerintah.

Selain itu, konversi ini akan menggerakan roda perekonomian karena ternyata nilai transaksinya tidak kecil. Multiplier effect yang dihasilkan dari program ini juga tidak bisa dianggap sebelah mata. Selain itu, juga akan mendorong pembangunan infrstruktur, terutama untuk jaringan pengisian baterai kendaraan listrik.

“Nilai yang akan tercatat dalam transaksi, sekitar 900 hingga 1.000 triliun. Kalau hanya konversi. Lalu, kegiatan ekonomi yang lain, pembangunan infrastruktur terutama untuk jaringan pengisian kendaraan listrik. Lalu, PLN juga akan menambah kapasitas kelistrikan, yang kita harapkan menggunakan Energi Baru dan Terbarukan. Dalam hal ini solar panel akan menjadi andalan. Masyarakat juga bisa memasang solar panelnya ke atap rumahnya sendiri, sehingga akan memberikan manfaat penghematan, jelas Arifin.

Tidak hanya itu, dengan Indonesia akan memiliki industri motor listrik sendiri. Karena Indonesia telah memiliki sumber daya alam yang menjadi bahan pembuatan baterai. Pemerintah kata Arifin juga menginginkan adanya ekosistem kendaraan listrik. Program konversi sepeda motor listrik ini akan mendorong lahirnya usaha baru, sebut saja industri komponen utama, UMKM Bengkel Konversi dan Service, peleburan logam dan pengelolaan limbah baterai, serta pengembangan ketenagakerjaan yaitu tenaga teknik (montir) konversi sepeda motor listrik.

“Pasti akan ada wiraswasta yang akan memanfaatkan sumber-sumber energi kita. Bagaimana kita bisa merakit baterai, bagaimana kita merakit motor listrik. Akan ada industri casis baru, kita punya industri bijih besi. Jadi yang kita harapkan ekosistem jangka panjangnya akan kita bentuk. Kita akan bangga dengan produk sendiri. Kita bina insan-insan yang punya kemampuan,” ujar Arifin.

Sementara itu, Budi Karya Sumadi, Menteri Perhubungan menjelaskan langkah mengkonversi sepeda motor BBM menjadi motor listrik untuk mengurangi emisi juga pilihan yang tepat karena populasi dan pertumbuhan rata-ratanya yang besar.

Menurut Budi program konversi motor merupakan terobosan yang cukup brilian mengingat populasinya yang tinggi serta dari sisi pembiayaan juga tidak terlalu besar. Apalagi sebenarnya program ini tentu tidak menambah beban jalanan dengan penambahan unit baru.

“Motor ini game changer (transisi energi). Jumlahnya banyak, mu3dah dilakukan, banyak yang butuh. Jadi semua berperan dan masyarakat menikmati opex yang lebih rendah. Misal, pengemudi ojol, kalau pakai kendaraan listrik, opexnya turun separuh,” ungkap Budi.

Bahu Membahu Menyambut Ekosistem Kendaraan Listrik

Pemerintah juga tidak ragu untuk bersatu mensukseskan program konversi motor listrik. Ada beberapa instansi yang menjadi inti dalam proses konversi motor listrik mulai dari sisi teknis hingga administrasinya.

Menteri ESDM, Menteri Perhubungan dan Kepolisian telah menandatangani Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang Percepatan Layanan Program Konversi Sepeda Motor Dengan Penggerak Motor Bakar Menjadi Sepeda Motor Listrik Berbasis Baterai.

Selain itu ada juga nota kesepahaman antara Kementerian ESDM dan Kementerian Perindustrian mengenai pengelolaan komponen mesin bekas pada program konversi sepeda motor penggerak motor bakar menjadi sepeda motor listrik berbasis baterai melalui industri kecil dan industri menengah peleburan logam.

Kesepakatan kerjasama antara Kementerian ESDM dengan institusi perbankan PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk (BRI) untuk pembiayaan pada program konversi sepeda motor penggerak motor bakar menjadi sepeda motor listrik berbasis baterai.

Hingga Akhir Juli lalu Kementerian ESDM mencatat ada 4.578 pemohon konversi yang daftar melalui platfrom digital dimana 94% berasal dari pulau Jawa.

Untuk mengantisipasi membludaknya jumlah pemohon, pemerintah juga bakal mendorong ketersediaan bengkel-bengkel konversi. Saat ini jumlah bengkel yang telah mendapatkan sertifikat dari pemerintah baru 24 bengkel. Ke depan jumlahnya akan ditingkatkan menjadi 1.000 bengkel pada tahun 2024.

Selain itu untuk bisa menekan biaya konversi, maka pemerintah mengusung skema sewa baterai. Skema ini diyakini akan disambut positif oleh masyarakat. Skema ini akan memotong biaya konversi hingga Rp8 juta.

Jadi jika sebelumnya sebesar Rp7 juta, sehingga diperkirakan masyarakat cukup membayar kurang lebih Rp2 juta untuk mengonversi motor BBM ke motor listrik.

Senda Hurmuzan Kanam, Kepala Balai Besar Survei dan Pengujian Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (BBSP KEBTKE), menuturkan masyarakat bisa jauh lebih berhemat dengan skema sewa baterai dengan perkiraan biaya sewa Rp 10 ribu per hari. Jadi masyarakat tidak perlu lagi melakukan isi daya ulang di rumah. Otomatis konsumsi listrik di rumah juga tidak bertambah. “Mungkin satu sampai dua juta saja selisihnya karena baterainya sudah disediakan melalui swap oleh bengkel yang bekerja sama dengan operator swap baterai,” jelas Senda.

Program konversi motor listrik membuat masyarakat Indonesia melompat jauh menjejaki kehidupan masa depan yang serba modern. Hilangnya kebisingan dari jalanan kota-kota besar kini tidak lagi hanya sebuah mimpi. Pengurangan emisi, pandangan yang jernih tanpa asap polusi kendaraan juga bukan lagi sekedar angan-angan. Mari sambut kehidupan masa depan dengan motor listrik konversi!

 

Berikut panduan lengkap untuk mengikuti program konversi sepeda motor listrik:

  1. Melakukan registrasi di website https://ebtke.esdm.go.id/konversi
  2. Selanjutnya masyarakat dapat memilih bengkel terdekat yang telah tersertifikasi. Lalu, pilih waktu pengecekan dan penyerahan motor ke bengkel konversi
  3. Setelah pengisian data sukses, pemohon akan memperoleh nomor registrasi. Registrasi tersebut juga memuat waktu penyerahan sepeda motor yang akan dikonversi
  4. Bengkel akan melakukan pengecekan teknis dan kelengkapan dokumen sepeda motor.
  5. Jika sesuai, pihak bengkel akan melakukan persetujuan biaya total konversi dan penandatanganan surat pernyataan kesediaan
  6. Lalu, bengkel akan melakukan konversi sepeda motor menjadi berbasis listrik.
  7. Terakhir, sepeda motor yang telah selesai konversi akan dilakukan pengujian oleh Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor Kementerian Perhubungan.
  8. Setelah motor konversi dinyatakan lulus uji, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub akan menerbitkan sertifikat uji tipe (SUT) dan sertifikat registrasi uji tipe (SRUT). Sertifikat ini akan digunakan oleh bengkel untuk laporan hasil konversi ke lembaga konversi independen yang ditunjuk oleh Kementerian ESDM untuk kelengkapan pencairan bantuan pemerintah, pengurusan perubahan STNK dan BPKB motor konversi.
  9. Terakhir, bengkel melakukan serah terima kepada pemilik motor konversi.