KARAWANG– Ruangan berukuran 6 X 8 meter dengan cat dinding warna krem dan lantai keramik putih di area Kantor Kelurahan Plawad, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang, tampak meriah pada Jumat (7/10/2022) pagi. Sekitar 26 orang hadir di tempat itu. Selain Sekretaris Lurah Plawad Ibrahim, tuan rumah adalah Senior Manager PT Pertamina EP Subang Field Ndirga Andri Sisworo dan tiga orang perwakilan mitra binaan PEP Subang Field, yaitu H Sartim, H Kartim, dan Hendra Wijaya.

H Sartim adalah Ketua Koperasi Sari Pati Tani sekaligus Ketua Paguyuban (Kelompok Tani) Sari Pati Tani dan H Kartim jadi pendamping petani. Adapun Hendra Wijaya adalah Sekretaris Koperasi Sari Pati Tani. Sejak 2019 mereka adalah mitra binaan PEP Subang Field yang merupakan bagian dari Zona 7 Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina.

“Kami mengikuti Program ‘Jejak Setapak’ sejak 2019. Ini adalah kependekan dari Jerih Kerja Karawang Semangat Petani Sehat Ketahanan Pangan Meningkat,” ujar Hendra.

Dia menjelaskan, ‘Jejak Setapak’ fokus pada pemberdayaan pada tiga sektor, yaitu pertanian organik, aquaponic, dan UKM yang melibatkan ibu-ibu. Total ada 56 orang yang tergabung dalam program ini. “Ada 37 orang yang tergabung dalam Paguyuban Sari Pati Tani, Sembilan pemuda di aquaponic, dan 10 ibu-ibu yang mengelola usaha gastronomi memanfaatkan produk beras dari pertanian organic yang dikembangkan Jejak Setapak,” katanya.

H Sartim atau akrab disapa Akom mengatakan bahwa Sari Pati Tani saat ini menjadi andalan dalan program ‘Jejak Setapak’. Sari Pati Tani mengelola 9 hektare lahan pertranian organik. Akom menyebutkan, produk pertanian organik Sari Pati Tani memiliki keunggulan, baik secara ekonomi maupun lingkungan. Pasalnya, pertanian organic dapat meregenerasi kesuburan tanah secara alami dan dapat menopang kegiatan pertanian dalam jangka panjang. Hal ini berbeda dengan pertanian nonorganik yang mengandalkan pupuk kimia. “Semakin lama penggunaan pupuk jenis ini justru berpengaruh pada berkurangnya kemampuan tanah untuk meregenerasi dirinya sendiri,” katanya.

Secara ekonomi, keunggulan pertanian organik juga memiliki nilai harga yang lebih tinggi dari beras non-organik. Hal ini karena kandungan gizi dan mineral yang terkandung dalam produk beras organik dinilai lebih baik daripada beras non organik. “Peningkatan gaya hidup sehat yang marak diterapkan turut meningkatkan nilai tawar beras organik sebagai pilihan produk yang lebih sehat,” katanya.

Petani yang tergabung dalam Sari Pati Tani pun diuntungkan dengan pertanian organic. Kendati awalnya terkendala pada proses pemasaran hasil tani, perlahan namun pasti, lanjut Akom, hasil pertanian pun meningkat. Satu hektare lahan bisa 6-7 ton sekali panen gabah. Durasi tanam-panen dua kali dalam setahun. “Kendala kami saat ini pada pupuk organik, tapi kami sudah dapat komitmen pasokan dari Nestle yang akan memasok limbah organik hasil produksi mereka,” ujarnya.

Dia menambahkan, saat ini Sari Pati Tani tengah memproses sertifikasi organik untuk beras yang diproduksikan. Bila sertifikat diperoleh, akan meningkatkan rasa percaya diri kelompok dalam pemasaran beras yang dihasilkan. “Kami saat ini belum berani mengklaim untuk branding beras organik karena belum bersertifikat. Menjual ke gerai-gerai modern pun belum berani, makanya pembuatan kemasan belum dicantumkan sebagai beras organik karena belum tersertifikasi,” katanya.

Selain kegiatan pertanian padi organik, program ‘Jejak Setapak’ juga menggali potensi kalangan pemuda untuk turut dalam kegiatan sektor pertanian. Penerapan pertanian dengan sistem aquaponik memberikan peluang bagi para pemuda untuk bertani walaupun tidak memiliki lahan. Sistem aquaponik tersebut juga memungkinkan para pemuda untuk mengembangkan budidaya perikanan bersamaan dengan pertanian yang diusahakan.

“Kami juga membeli ikan-ikan, terutama ikan mas dari Jatiluhur. Dijual ke beberapa kolam pemancingan di sekitar sini. Rata-rata mereka membeli 20-30 kg. Termasuk juga dijual secara perorangan. Alhamdulllah ada margin yang lumayan, sekitar Rp3 jutaan,” ujar Hendra.

Adapun untuk UKM yang dikelola ibu-ibu di Kelurahan Plawad, mengolah camilan berbasis beras organik yang dihasilkan Sari Pati Tani. Beberapa produk yang dihasilkan di antaranya renginang, opak, dll. “Mudah-mudahan, ke depan program ‘Jejak Setapak’ ini bisa makin meningkat seiring penguatan program oleh PEP Subang Field sebelum exit program pada 2024,” ujar Hendra.

Dia mengaku senang tergabung di tiap kegiatannya. Pasalnya, banyak ilmu yang diperoleh terkait pertanian organik dan usaha aquaponic. “Manfaatnya tidak hanya untuk diri sendiri namun, juga dapat saya tularkan pada keluarga,” katanya.

Ndirga Andri Sisworo, Senior Manager PEP Subang Field, menjelaskan program ‘Jejak Setapak’ adalah kontribusi perusahaan dalam menjaga kondisi pertanian masyarakat agar tetap lestari. Hal ini sejalan dengan komitmen perusahaan untuk menjalankan bisnis migas berkelanjutan yang berlandaskan prinsip Environmental, Social and Governance (ESG), dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan di sekitar wilayah daerah operasi perusahaan.

“Melalui program ‘Jejak Setapak’ yang berupaya memperbaiki struktur kesehatan tanah sawah melalui pertanian organik, kami mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) 15 terkait ekosistem darat dan SDGs 2 dalam mewujudkan kondisi tanpa kelaparan dalam penetapan kawasan pertanian berkelanjutan di tengah berkurangnya lahan sawah setiap tahunnya,” ujarnya. (DR)