JAKARTA – Kinerja operasional PT Pertamina (Persero) sepanjang 2020 memberikan kontribusi positif bagi kinerja keuangan sehingga masih bisa membukukan laba bersih.

Pada sektor hulu, sampai akhir 2020, Pertamina telah memproduksi minyak dan gas (migas) secara total sebesar 862,7 ribu Barrel Equivalent Per Day (BOEPD), masing-masing produksi minyak mentah 408,4 ribu barel per hari (BPH) dan produksi gas bumi sebesar 2.634,2 juta kaki kubik per hari (MMscfd).

Sementara untuk mencari dan menambah cadangan migas, anak usaha hulu Pertamina mampu merealisasikan pengeboran eksplorasi sembilan sumur dan berhasil melakukan Survei Seismik Laut Regional 2D di wilayah terbuka sepanjang 32.215 km serta Survey Seismik 3D seluas 755 km2. Seiring dengan itu Pertamina dapat menambah cadangan migas proven (P1) sebesar 212,5 juta Barrel Oil Equivalent (BOE) dan realisasi temuan contigent resource (2C) sebesar 287 juta BOE.

“Upaya ini merupakan bukti komitmen Pertamina untuk terus melakukan kegiatan eksplorasi ketika perusahaan migas lainnya justru menunda kegiatan eksplorasi akibat turunnya harga minyak dunia,” kata Fajriyah Usman, Pjs Senior VP Corporate Communication & Investor Relations Pertamina usai RUPS, Senin (14/6).

Pada 2020, Pertamina mencatat penjualan konsolidasian perusahaan yang terdiri dari BBM, Avtur, LPG, dan Petrokimia sebesar 82,81 juta Kiloliter (KL). Untuk BBM PSO (Minyak Tanah, Solar & Biosolar) serta Premium, realisasi penjualan 2020 sebesar 22,87 juta KL, sedangkan untuk BBM Non PSO dan Produk Non BBM, pada 2020 tercatat penjualan sebesar 47,21 juta KL.

Untuk penyaluran volume LPG PSO, pada tahun 2020 sebesar 7,16 juta MT. Realisasi niaga gas pada 2020 sebesar 303.078,3 BBTU sedangkan realisasi transportasi gas pada tahun 2020 sebesar 459.512,0 MMSCF.

Untuk program Energi Baru Terbarukan (EBT) turut dilakukan melalui program Biodiesel plus 30% (B30), pada 2020 Pertamina telah menyerap 7,14 juta Kiloliter (KL) FAME.

Kemudian dalam mengantisipasi transisi energi, Pertamina berhasil memproduksi listrik sebesar 4.637 GWh, yang terdiri dari produksi panas bumi Pertamina tercatat sebesar 4.618 GWh dan 19 Gwh yang berasal dari pembangkit listrk tenaga surya di kawasan Badak NGL, pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) di Sei Mangkei, Kwala Sawit dan Pagar Merbau.’

Sebagai BUMN, Pertamina juga terus mendukung upaya pemerintah memperkuat neraca perdagangan dengan mengurangi impor migas. Pada 2020, Pertamina mencatat volume impor minyak mentah sebesar 76,7 juta barel atau turun 12 % dibanding 2019.

Volume impor produk juga turun 19% menjadi 98,2 juta barel pada 2020. Pertamina pun tetap konsisten mandiri atau tidak melakukan impor BBM jenis solar dan avtur sejak pertengahan 2019.

Capaian operasional Pertamina pada 2020 juga terlihat pada upaya menjaga ketahanan energi nasional dengan menjalankan peran untuk menyokong pasokan dan pembangunan infrastruktur energi di tengah tantangan berat pandemi Covid-19.

Fajriyah mengatakan untuk menjamin akses terhadap energi, Pertamina membangun dan mengembangkan berbagai jaringan dan infrastruktur di sektor hilir, termasuk untuk distribusi BBM, LPG, Gas maupun LNG. Pembangunan infrastrukrur ini juga penting untuk meningkatkan kinerja operasional dan pelayanan di sektor hilir.

“Untuk meningkatkan pelayanan dan mencapai kemandirian energi di masa depan, Pertamina tetap melanjutkan pembangunan infrastruktur hilir dan empat RDMP dan satu GRR yang terintegrasi dengan kilang petrokimia sebagai bisnis masa depan perusahaan,”kata Fajriyah.(RI)