JAKARTA – Belum adanya penyesuaian harga BBM nonsubsidi yang dijual PT Pertamina (Persero) dan badan usaha swasta penyalur BBM lainnya ditengah anjloknya harga minyak dunia selama lebih dari sebulan terakhir menimbulkan banyak pertanyaan. Tak terkecuali dari mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudi Rubiandini.

Menurut Rudi, dengan posisi harga minyak mentah dunia saat ini, maka seharusnya harga BBM nonsubsidi jauh dibawah harga yang diberlakukan sekarang.

Penyesuaian harga BBM, baik naik maupun turun harus mengikuti kesepakatan awal yang telah berjalan yaitu setiap periode dua minggu sekali, sehingga tidak menghilangkan kepercayaan konsumen dalam hal ini masyarakat pada pemerintah, yang selama ini dilakukan pada tanggal 1 atau 15 setiap bulannya.

“Apalagi sekarang sudah harusnya turun sejak sebulan lalu, sehingga kewajiban menurunkan harga BBM sudah sangat mendesak,” kata Rudi, Senin (13/4).

Dia menilai jangan sampai ada kesan mengeksploitasi masyarakat dengan memberi harga terlalu tinggi jauh dari nilai keekonomian, akan tetapi juga jangan terlalu rendah sehingga membutuhkan subsidi yang tinggi dari pemerintah.

Berdasarkan perhitungan Rudi, jika menggunakan paramater baru yang sedang terjadi, dimana kurs nilai tukar dikisaran Rp16.000 per dolar Amerika Serikat kemudian harga minyak US$35 per barel, maka harga minyak mentah setara Rp. 3.500, ditambah biaya pengolahan, transportasi, dan PPn maka bisa menjadi Rp4.500, bila ditambah keuntungan Pertamina 10% maka akan menjadi seharga Rp5.000.

Rudi mengingatkan bahwa Pertamina tidak hanya berbisnis di sektor hilir migas, namun juga di hulu. Karena itu untuk menjaga kelangsungan tugas Pertamina menjaga harga BBM satu harga sampai ke pelosok ditambah menutupi penurunan pendapatan di sisi hulu maka masih pantas ditambah lagi dengan nilai Rp500 hingga Rp1.000 per liter BBM.

“Artinya harga yang dijual ke masyarakat Rp5.500 sampai Rp6.000 adalah harga yang sudah memasukkan segala mancam aspek,  sehingga Pertamina mendapat perlindungan dan masyarakat juga membeli dengan harga yang wajar dan masih terjangkau,” kata Rudi.

Harga minyak dunia dalam beberapa pekan terakhir memang terus rendah bahkan tidak beranjang dari level US$30an per barel.

Penurunan harga BBM lanjut Rudi sudah dilakukan beberapa negara tetangga. Salah satunya adalah Malaysia. Sebagai perbandingan, saat ini di negara tetangga Malaysia harga Ron 95 (Pertamax) adalah 1,25 Ringgit  atau setara dengan Rp4.500 per liter. Jadi wajar kalau di Indonesia dijual dengan harga Rp5.500 per liter.

“Jangan sampai anugerah harga minyak dunia turun tidak dirasakan dan dinikmati masyarakat Indonesia, tetapi hanya dinikmati oleh pemerintah dan BUMN nya saja,” tegas Rudi.(RI)